Facebook Indonesia Minta Maaf, Tapi Merasa Tak Jual Data

Vice President and Public Policy Facebook Asia Pacific, Simon Milner (kiri) saat rapat dengan DPR di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia, Ruben Hattari, meminta maaf atas dugaan kebocoran data pengguna milik warga Indonesia yang mencapai 1 juta.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

Dikatakan dugaan, karena Ruben mengaku skandal ini bukanlah kebocoran data melainkan pelanggaran yang dilakukan pihak ketiga terhadap Facebook.

"Kejadian ini bentuk pelanggaran kepercayaan dan kegagalan kami melindungi data pengguna. Kami mohon maaf atas kejadian tersebut," kata Ruben dalam Rapat Bersama dengan Komisi I DPR di Jakarta, Selasa 17 April 2018.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

RDPU Komisi I dengan Facebook Indonesia

Ia juga menegaskan tak pernah ada kebocoran data dari sistem Facebook. Sehingga, dalam persoalan ini, pihak ketiga bukan menembus sistem mereka atau lolos dari perangkat pengamanan data yang dimiliki Facebook.

Puluhan Pelaku Kejahatan Diciduk Polres Depok, 2 di Antaranya Tega Bacok Korban

Tak hanya itu, Ruben mengklaim Facebook tak menjual data. Kebocoran data akibat adanya pengembangan aplikasi yang dilakukan oleh Aleksandr Kogan.

"Tahun 2013, aplikasi 'This is your digital life' dikembangkan oleh peneliti Dr Aleksandr Kogan. Ia bukan dan tak pernah menjadi karyawan Facebook," tegas Ruben.

Facebook Login

Ia menambahkan saat mengembangkan aplikasi tersebut Kogan merupakan akademisi di Cambridge University. Aplikasi yang dikembangkan memakai platform atau fitur Facebook Login.

"Facebook Login memungkinkan pengembang aplikasi pihak ketiga meminta persetujuan dari pengguna aplikasi Facebook agar bisa mengakses kategori data tertentu yang dibagikan pengguna dengan teman Facebook mereka," kata Ruben.

Ia menegaskan Facebook sebenarnya melarang penggunaan dan pengiriman data yang dikumpulkan dengan cara ini dengan tujuan lain. Sementara, data yang didapatkan Kogan dari aplikasi yang dikembangkan diberikan pada Cambridge Analytica.

Aleksandr Kogan, pria yang bertanggung jawab atas kebocoran data Facebook

"Facebook tidak memberikan izin atau menyetujui pemindahan data tersebut. Hal ini merupakan pelanggaran kebijakan platform Facebook," tutur dia.

Akhirnya, Facebook menangguhkan akses aplikasi tersebut untuk menggunakan Facebook Login. Lalu, mereka menuntut perusahaan Kogan, Global Science Research Limited (GSR), untuk menyerahkan data yang terkumpul dan menghapusnya.

"Aplikasi tersebut tak mendapatkan informasi akun yang sensitif seperti password atau informasi finansial. Pengembang aplikasi pihak ketiga hanya memiliki akses data ke orang yang telah mengunduh aplikasi dan memberikan akses datanya," kata Ruben.

Sorot Facebook - Kehidupan di Inggris

Investigasi menyeluruh

Kepala Kebijakan Publik Facebook Asia Pasifik, Simon Milner, mengaku telah bersikap soal adanya pelanggaran terhadap kebijakan platformnya. Sikap yang diambil antara lain menghapus aplikasi 'this is your digital life' dan meminta yang menyalahgunakan data itu untuk segera menghapusnya.

"Tentu saja ada tindakan yang kami lakukan seperti menghapus aplikasinya. Tapi ini tergantung dari jenis pelanggaran. Kalau minor saja akan dilakukan perubahan. Kalau yang dilakukan Dr Kogan jelas-jelas harus dihapus," kata Milner, dalam Rapat Bersama Komisi I DPR, Jakarta.

Ia mengungkapkan ada kewajiban bagi perusahaan pemilik aplikasi 'this is your digital life' untuk menghapus data yang diperolehnya. Bahkan, sejak 2015, Milner mengaku sudah meminta untuk menghapus data tersebut.

"Terkait dengan langkah yang ditempuh terhadap Dr Kogan. Pertama adalah investigasi saat ini sedang berlangsung," tegasnya. Ia menjelaskan bahwa saat ini masih berlangsung investigasi, karena ada tuduhan data pemilik akun Facebook masih disimpan.

Milner meminta agar menunggu hasil investigasi bisa diselesaikan. "Kami tidak berhenti melakukan investigasi. Saat investigasi selesai, maka kami akan menempuh tindakan yang sudah seharusnya ke Dr Kogan dan Cambridge Analytica," paparnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya