Asia Tenggara 'Kebanjiran' Twitter Bot, Bagaimana Indonesia

Media sosial Twitter.
Sumber :
  • REUTERS/Regis Duvignau

VIVA – Akun Twitter Robot atau Twitter Bot bertebaran di sejumlah kawasan Asia Tenggara. Sejumlah praktisi media dan pengguna Twitter atau warganet dengan jumlah followers banyak melaporkan adanya kejanggalan dari sejumlah akun.

Facebook dan Instagram Down, Pengguna Ramai-ramai Ngeluh di X: Sudah Beberapa Jam Tumbang Semua!

Mereka menyebut terdapat nama generik dan aktif men-tweet selama beberapa bulan terakhir, namun tidak ada profile picture maupun biodata yang jelas.

Beberapa akun Twitter melapor dengan men-tweet tentang followers-nya yang merupakan Twitter Bot. Mereka juga melampirkan screenshots dari para pengikutnya.

Difitnah Jadi Aktor Konspirasi Hasil Pilpres 2024, Qodari Bilang Begini

Media sosial Twitter

Para pelapor ini berasal dari negara di kawasan Asia bagian tenggara dan timur seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, Srilanka, Hongkong, China, dan Taiwan.

Netizen Bingung: Ini Tempat Pemilihan Umum atau Acara Pernikahan

"Ini sudah sebulan Twitter Bot terus bermunculan. Apakah ada yang mengalami hal sama?" bunyi akun Twitter @luluyilun, dilansir Techcrunch, Jumat, 20 April 2018.

Meskipun Twitter Bot belum melakukan sesuatu yang menjurus ke kejahatan sejauh ini, namun fakta menyebutkan bahwa ada jumlah besar dari akun-akun itu terus bermunculan di wilayah tertentu.

"Ini yang seharusnya sudah cukup untuk membuat Twitter dan warganet khawatir," cuitan @luluyilun.

sosmed - akun twitter - sosial media

Apalagi sebagian besar wilayah Asia Tenggara juga terdampak dari beberapa skandal yang berasal dari media sosial seperti Facebook, masalah etnis Rohingya di Myanmar, sensor ketat di Vietnam, serta kontroversi Pemilihan Presiden Filipina yang membuat Rodrigo Roa Duterte.

Namun, Twitter seakan tutup mata dan tak mau mengambil langkah tegas tentang banjirnya akun Twitter Bot.

"Jika kita belajar sesuatu dari skandal Facebook. Awalnya terlihat tidak berbahaya tapi ternyata itu merupakan celah yang bisa dimanfaatkan untuk efek yang berbahaya. Inilah yang meresahkan pengguna Twitter," kata Penulis Buku Kekerasan Junta Militer Myanmar, Francis Wade. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya