- REUTERS/Dado Ruvic
VIVA – Teknologi Blockchain diklaim tak mampu diretas karena data yang disimpan tidak terpusat tapi berada di beberapa tempat. Jika satu diretas maka sistem lainnya tidak terdampak.
Akan tetapi, ada satu cara untuk bisa meretas teknologi ini yaitu meretas secara bersamaan mayoritas sistem di semua tempat penyimpanan.
"Ya bisa (diretas). Tapi tingkat kesulitannya juga tinggi. Contohnya ada lima sistem penyimpanan data dengan enkripsi yang beda pula. Kalau peretas mampu menjebol tiga sistem saja, maka semuanya akan kena retas. Jadi, Blockchain cukup mustahil diretas," kata Chairman Asosiasi Blockchain, Steven Suhadi di Jakarta, Jumat, 27 April 2018.
Salah satu alasan sulitnya membobol teknologi ini karena saat data yang sudah dijebol ada di tangan peretas belum tentu bisa langsung dibaca, apalagi digunakan, tanpa validasi setiap pihak yang terlibat.
"Meskipun datanya kepegang kita tapi enggak bisa dibaca dan dibuka. Jadi, kalau kita mau ubah datanya itu sangat susah karena harus diubah semua," tegas Steven.
Apabila diterapkan, maka Blockchain menjanjikan efisiensi dan transparansi. Ibaratnya seperti buku kas induk di bank yang mencatat semua transaksi nasabah, hal ini yang dilakukan Blockchain.
Teknologi ini dapat mendesentralisasi kepercayaan dari pihak yang menerapkan sistem tersebut. Belum lagi tingkat kebocoran data jauh lebih rendah dibanding dengan pusat data biasa.