Sejarah Letusan Dahsyat Gunung Merapi

Gunung Merapi
Sumber :
  • ANTARA Foto/Hendra Nurdiansyah

VIVA – Gunung Merapi menyita perhatian publik. Gunung berapi yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah itu mengalami erupsi freatik pada Jumat 11 Mei 2018.

Top Trending: Ramalan Jayabaya hingga Anggota TNI dan Polri Tewas Diserang KKB Sepanjang 2024

Sudah beberapa kali, Gunung Merapi mengalami erupsi freatik. Beberapa di antaranya, gunung berapi itu mengalami erupsi freatik pada 18 November 2013 dan 10 Maret 2014. Letusan freatik terjadi akibat dorongan tekanan uap air, karena kontak massa air dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi.

Dalam catatan relawan kebencanaan Ma'rufin Sudibyo, Merapi termasuk gunung berapi yang sering meletus. Rata-rata, selang waktu erupsi Gunung Merapi terjadi antara 2-5 tahun untuk periode pendek dan 5-7 tahun untuk periode menengah.

Merinding! Kisah Nyata Konser Ghaib di Kaki Gunung Merapi, Penonton Hening Tanpa Ekspresi

Sedangkan periode yang panjang, Gunung Merapi tak meletus pernah terjadi. Dalam catatan Ma'rufin, periode panjang Gunung Merapi ‘tidur’ bisa lebih dari 30 tahun. Masa tidur panjang Gunung Merapi ini terjadi pada awal keberadaan Merapi sebagai gunung api.

Catatan menunjukkan, Gunung Merapi pernah ‘tidur’ terpanjang, mencapai 71 tahun, yakni antara 1587 sampai 1658. 

Erupsi Gunung Merapi, Wilayah Boyolali Diguyur Hujan Abu

Sejalan dengan pencatatan erupsi Gunung Merapi yang makin baik pada abad 16, pencatatan aktivitas Gunung Merapi makin terdokumentasi. Pencatatan rinci aktivitas Gunung Merapi baru dilakukan pada abad 19 dan makin bagus pada abad 20. 

"Pemantauan gunung api juga baru mulai aktif dilakukan sejak awal abad 20," tulis Ma'rufin. 

Letusan Gunung Merapi

Selama abad 19, catatan aktivitas Gunung Merapi menunjukkan 20 letusan. Dengan demikian, interval letusan gunung ini rata-rata lima tahun sekali. 

Pada masa ini, terjadi letusan dahsyat Gunung Merapi pada 1872. Letusan ini, menurut catatan Ma'rufin, dianggap sebagai letusan terakhir dan terbesar pada abad 19 dan 20. Dahsyatnya letusan ini bisa dilihat dari munculnya Kawah Mesjidanlama, dengan diameter antara 480-600 meter. 

Dahsyatnya letusan Gunung Merapi 1872 terekam dalam pencatatan dampaknya. Letusan berlangsung selama lima hari dan digolongkan dalam kelas D. Dalam level letusan ada, Kelas A sampai Kelas D. Urutan huruf yang semakin naik menunjukkan eksplosivitas yang semakin meningkat pula

Pada Kelas D, fase awal berupa letusan vertikal kecil. Fase utama berupa pembentukan sumbat lava yang kemudian diikuti dengan fase akhir berupa letusan vertikal yang cukup signifikan.

"Suara letusan terdengar sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awan panas mengalir melalui hampir semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol," jelas Ma'rufin. 

Dampak letusan 1872 itu, awan panas dan material produk letusan menghancurkan seluruh desa-desa sekitar Gunung Merapi yang berada di atas elevasi satu kilometer. 

Letusan di masa lampau, membuat perubahan morfologi pada tubuh Gunung Merapi. Perubahan ini dibentuk lidah lava dan letusan yang relatif lebih besar. 

Beberapa letusan yang dalam sejarah telah mengubah morfologi puncak, antara lain letusan periode 1822-1823 yang menghasilkan kawah berdiameter 600 meter, periode 1846-1848 (200 meter), periode 1849 (250-400 meter), periode 1865-1871 (250 meter), 1872-1873 (480- 600 meter), 1930 dan 1961.  (asp)    

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya