Kualitas Air Danau Toba Rusak Parah, Masyarakat Miris

Danau Toba.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

VIVA – Danau Toba telah menjadi destinasi wisata berdasarkan Peraturan Presiden No. 81 tahun 2014. Danau tersebut telah menjadi tujuan masyarakat luar dan dalam negeri. Namun sayangnya, kualitas danau vulkanik itu menjadi sorotan peneliti. Kualitas air Danau Toba makin turun. 

Pelari Indonesia, Malaysia Hingga Amerika Siap Bertarung di Trail of The Kings Danau Toba 2024

Temuan peneliti Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan air Danau Toba mengalamai penurunan dibanding beberapa dekade sebelumnya. 

Pusat Limnologi LIPI telah melakukan berbagai kajian untuk mendukung ekosistem Danau Toba dengan menggabungkan komponen fisik, biologi, kimia sampai meteorologi. Salah satu kajian yang mereka rekomendasikan ialah dengan membatasi produksi perikanan. 

Puncak Arus Balik Lebaran di Sumut Berlangsung Selama 3 Hari

Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Fauzan Ali menyebutkan, pendekatanan yang mereka lakukan dalam penelitian ini dengan mengintegrasikan pergerakan air (hidrodinamika) danau dengan seluruh material yang ada di dalamnya. Dengan cara seperti itu hasil yang didapat akan mendekati kondisi alaminya. 

"Dengan simulasi ini pergerakan arus, pergerakan material, termasuk material pencemar, serta pertumbuhan fitoplankton di Danau Toba dapat diketahui. Sehingga kondisi ekosistem danau dapat diproyeksikan ke depannya," tambah Fauzan. 

Geopark Kaldera Toba, Situs Diakui UNESCO yang Miliki Ragam Aktivitas Wisata

Peneliti Hidrodinamika LIPI, Hadiid Agita mengungkapkan, keadaan air Danau Toba yang sudah dalam tahap rusak parah. Banyaknya keramba jaring apung (KJA) ikan menjadi salah satu penyebab tercemarnya air Danau Toba. Keseluruhan KJA berjumlah 11.268 keramba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara merupakan wilayah KJA terbanyak dengan jumlah 7.700 keramba. 

Ikan-ikan dalam keramba menghasilkan fases (kotoran) yang akhirnya menyebar luas di keseluruhan danau hingga terjadilah pencemaran air di danau tersebut. Bahkan di kabupaten Simalungun air danau sudah tidak bisa lagi dikonsumsi karena kualitas airnya masuk ke dalam kategori rusak berat. 

"Kandungan airnya sudah banyak mengandung banyak nitrogen. Makanya warnanya sekarang sudah kehijauan. Jangankan untuk minum, untuk aktivitas mencuci saja masyarakat merasa miris," jelasnya. 

Para peneliti berharap pemerintah pusat maupun daerah melalui kajian ini dapat mendukung iklim investasi pariwisata, "Simulasi numerik ini juga diharapkan juga dapat diaplikasikan dalam penyusunan konsep pengelolaan ekosistem pada danau-danau lainnya yang ada di Indonesia," ujar Fauzi. (Dhi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya