Salahgunakan Data, Facebook Suspend Perusahaan Analisa Rusia

Ilustrasi Messenger Facebook.
Sumber :
  • www.pixabay.com/kropekk_pl

VIVA – Facebook kembali menangguhkan Crimson Hexagon. Perusahaan asal Boston itu mendapatkan suspend setelah adanya pemberitaan mereka melakukan kontrak kerja sama dengan lembaga non-profit Rusia dengan Pemerintah Amerika Serikat.

Mengenal Empat Zaman yang Digambarkan dalam Ramalan Jayabaya

"Facebook memiliki tanggung jawab untuk membantu memproteksi informasi orang," ucap Wakil Presiden Facebook Facebook untuk product partnership, Ime Archibong, dilansir laman Mashable, Minggu, 22 Juli 2018.

Ia menambahkan, pihaknya akan memperketat akses pihak lain kepada data pengguna. Crimson Hexagon sendiri menyatakan dirinya memiliki akses cepat kepada isi teks dan gambar yang tidak terstruktur pada sosial, publik online dan sumber data perusahaan. Dicurigai perusahaan itu mengumpulkan dan menganalisa data publik Facebook mengatasnamakan kliennya.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Nobar Kreatif di Dunia Digital Sejak Dini

Laporan media massa pada akhirnya mengerucut apakah ada pelanggaran kebijakan pada Facebook, setelah Hexagon melakukan kerja sama dengan pemerintah.

Chief Technology Officer Crimson Hexagon, Chris Bingham menyatakan bahwa pihaknya tidak melakukan apapun yang tidak diinginkan dan mencari untuk mendapatkan akses untuk data publik Facebook.

Telkomsel Kasih Kabar Positif

Hexagon dan Cambridge Analytica sendiri memiliki potensi penyalahgunaan dari sisi yang berbeda. CA melibatkan peneliti yang dicurigai akan menjual data.

Sedangkan Crimson Hexagon mengambil data publik Facebook dengan dirancang oleh platform itu sendiri.

Facebook sendiri harus menghadapi skandal besar dengan adanya penyalahgunaan data penggunanya oleh aplikasi yang dibangun Cambridge Analytica. Dikabarkan bahwa ada 87 juta pengguna dunia yang datanya disalahgunakan, lebih dari satu juta pengguna adalah pengguna Indonesia.

Namun dalam laporan penyelidikan awal, Facebook mengklaim bahwa hanya ada 30 juta pengguna yang datanya disalahgunakan. Itupun hanya berasal dari warga Amerika Serikat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya