Hujan dan Salju Bisa Picu Gempa Bumi, Begini Prosesnya

Sesar San Andreas di California, Amerika Serikat
Sumber :
  • Instagram/@learning_geology

VIVA – Gempa susulan masih terjadi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Setelah gempa besar dengan magnitudo 7 pada Minggu lalu, pada Rabu pagi 8 Agustus 2018 terdeteki gempa susulan dengan magnitudo 4,9 menggoyang Lombok. 

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan Gempa Lombok dipicu oleh patahan atau sesar aktif jenis sesar naik pada zona sesar busur belakang Flores (Flores Back Arc). Sedangkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menguatkan hal tersebut. Gempa Lombok murni diakibatkan aktivitas tektonik bukan vulkanik. 

Bicara pemicu lindu, ada temuan menarik dari peneliti seismologi Universitas California Berkeley, Amerika Serikat, Christopher Johnson dan Roland Burgmann. Dikutip dari Howstuffworks, Rabu 8 Agustus 2018, mereka mengungkapkan pemicu gempa di California, ternyata dari hujan dan salju. 

Gempa di Taiwan, 18 Orang Masih Hilang

Dalam studinya yang dipublikasikan pada Juni tahun lalu di Jurnal Science, keduanya menemukan hujan pada musim dingin dan salju bertanggung jawab memicu gempa kecil di wilayah California, termasuk di area Sesar San Andreas yang panjangnya mencapai 1287 kilometer. 

Johnson menjelaskan, akumulasi salju dan air hujan berbulan-bulan di pegunungan dan permukaan sekitar California dan Sesar San Andreas lama-lama memicu gempa kecil.  

Gempa Magnitudo 6 Guncang Jepang, Tak Ada Peringatan Tsunami

Dia menuturkan, akumulasi tersebut membebani tanah, akibatnya mendorong tanah dan kerak bumi. Kemudian saat salju dan air mencair dan mengalir pada musim panas, tanah yang sebelumnya tertekan akhirnya melambung dan melentur. Fenomena ini disebut dengan seasonal loading

"Kelenturan kerak bumi ini menjepit dan melepaskan sesar. Untuk San Andreas, kami menemukan efek penjepitan terjadi selama musim dingin dan pelepasan selama akhir musim panas," jelas Johnson dalam keterangannya via email

Untuk sampai pada temuan tersebut, dalam studinya tim Johnson dan Burgmann menggunakan data dari 661 sensor GPS yang tersebar di seluruh California. Dengan sensor sangat sensitifit itu, tim peneliti itu mengukur pergerakan vertikal dari garis sesar. Sensor tersebut bisa mendeteksi penenggelaman dan pengangkatan tanah begitu detail, dan sekecil apapun. 

Selain mengandalakan data sensor, peneliti juga mempelajari 3600 kejadian gempa bumi yang terjadi di negara bagian Amerika Serikat itu dari 2006 hingga 2015. 

Dengan data tersebut, tim menghitung dalam model matematika dan mengukur gempa bumi saat muncul tekanan pada sesar mencapai puncaknya. Tak cukup di situ saja, peneliti juga melengkapi data dengan mengulas buku sejarah gempa yang lebih besar, yakni dengan magnitudo 5,5 atau lebih, yang mengguncang California sejak 1781. 

Dari olah rangkaian data tersebut, mereka melihat sebuah pola yang jelas. Saat air beserta salju terakumulasi di danau, waduk dan permukaan selama musim dingin, beban akumulasi itu menekan kerak bumi. 

Kemudian saat musim panas, saat tingkat air berada pada titik terendah, tanah yang tertekan menjadi memantul. Dampaknya muncul gempa tapi magnitudo kecil. 

Dari pola temuan itu, peneliti menyimpulkan gempa bumi kecil terjadi 10 persen lebih dari biasanya saat seasonal loading dalam keadaaan tinggi. 

Johnson mengungkapkan, dari pengukuran timnya mengamati gunung-gunung (sekitar California) bergerak sekitar 5 hingga 10 milimeter sepanjang tahun. 

Dia mengatakan, penurunan terbesar teramati pada awal musim semi dan meningkat sepanjang musim panas. 

"Model mekanis yang kami pakai adalah elastis, seperti karet gelang yang kembali ke bentuk aslinya. Jadi saat bumi memantul kembali, lapisan itu merespons perubahan beban (akumulasi). Karena salju mencair selama berbulan-bulan, perubahannya bertahap juga selama beberapa bulan" jelasnya.  

Hasil studi ini setidaknya menjadi menambah bahan kajian ilmuwan. Sebab mereka selalu bertanya-tanya mengapa terjadi peningkatan kecil aktivitas seismik sepanjang daerah San Andreas di musim panas dan musim gugur. 

Mayoritas gempa bumi yang terjadi di California memang magnitudonya kecil, dan penduduk nyaris tak bisa merasakannya. Hanya ratusan gempa bumi yang magnutidonya lebih dari 3. Sedangkan hanya sekitar 15-20 gempa bumi yang magnitudonya 4 mengguncang California. (dhi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya