Facebook Berjuang Akhiri Hate Speech di Myanmar

Media sosial Facebook.
Sumber :
  • REUTERS/Regis Duvignau

VIVA – Upaya Facebook untuk membendung kebencian terhadap negara Myanmar belum membuahkan hasil yang maksimal. Diketahui bahwa negara itu telah berkontribusi melakukan penyerangan terhadap minoritas muslim. Perusahaan itu telah mendapat peringatan dari kelompok hak asasi manusia dan peneliti.

Deretan Negara Ini Ternyata Tidak Miliki Masjid, Ada Negara Tak Terduga!

Kelompok tersebut menganggap platform Facebook telah digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah. Media sosial itu juga dijadikan promosi kebencian terhadap muslim, terutama kelompok Rohingya sejak 2013 silam. Di Myanmar pengguna Facebook sudah mencapai 18 juta pengguna, namun negara tersebut telah lamban dalam menanggapi krisis.

Dikutip melalui laman The Guardian, Jumat, 17 Agustus 2018, Reuters dan Human Rights Center di UC Berkeley School of Law menemukan lebih dari 1000 posting, komentar, gambar dan video yang menyerang muslim Myanmar. Salah satu pos yang diterbitkan Desember 2013 menampilkan gambar makanan kelompok Rohingya.

5 Negara Muslim Ini Secara Data Bisa Gilas Israel, Nomor 3 Tak terduga!

Dalam pos tersebut juga ditambahkan caption yang berisi, "Kita harus melawan mereka seperti cara Hitler melakukannya ke orang Yahudi, terkutuk!"

Adapun beberapa komentar di Blogpost yang dinilai kejam terhadap salah satu gambar perahu pengungsi Rohingya yang telah sampai di Indonesia. Salah satu komentarnya ialah, "Tuangkan bahan bakar dan bakarlah, sehingga mereka dapat bertemu Allah lebih cepat."

Berkembang Pesat, Modest Fashion Indonesia Sudah Pantas Jadi Kiblat Fesyen Dunia?

Standar komunitas Facebook melarang pornografi dan posting-an yang menyerang kelompok etnis dengan ucapan kekerasan, atau tidak manusiawi seperti membandingkannya dengan hewan.

Pada April lalu Facebook mendapat kecaman dari PBB karena dianggap sebagai kendaraan 'pemecatan, pertikaian dan konflik' di Myanmar. Namun Mark Zuckerberg membantahnya dengan berkata sudah mempekerjakan puluhan lebih moderator konten berbahasa Burma untuk meninjau hate speech di sana.

Bagi negara tersebut Facebook merupakan cara mereka mendapat hiburan dan berita secara online, setelah sebelumnya digunakan sebagai sarana kirim pesan. Mereka menganggap Facebook sebagai internet. Biasanya Facebook bergantung pada pengguna yang melaporkan hate speech. Namun karena pengguna menggunakan bahasa Burma, mereka menjadi sulit untuk mengidentifikasi.

Baru sekitar akhir April dan awal Mei mereka dapat mengatasinya. Sebelumnya pelapor harus menggunakan bahasa Inggris. Kala itu mereka tidak memiliki satu pun karyawan di sana.

Platform tersebut mengklaim telah mengidentifikasi beberapa tokoh kebencian dan kelompok, termasuk biarawan Buddha, Ashin Wirathu, Parmaukkha dan Thuseitta. Mereka dikenal karena pidato kebenciannya terhadap Rohingya. Mereka juga menghapus halaman yang terkait kelompok nasionalis.

"Pada kuartal kedua 2018, perusahaan secara proaktif mengidentifikasi (tidak mengandalkan laporan) sekitar 52 persen konten yang dihapus karena pidato kebencian di Myanmar, naik 13 persen dari kuartal terakhir pada 2017," ujar Facebook dalam posting blog, setelah 12 jam Reuters menyampaikan laporannya.

Mereka berencana untuk menambah 40 lebih ahli bahasa Myanmar, setelah akhir tahun sebelumnya berjumlah 60. Facebook juga berkomitmen untuk bekerja keras agar bisa mencegah penyebaran kesalahan informasi serta kebencian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya