Pengalaman Gempa Lombok, Jangan Lupa Mitigasi dan Evakuasi Mandiri

Rambu peringatan bencana tsunami di pantai Gampong Jawa, Banda Aceh
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

VIVA – Wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat belum reda dari guncangan gempa bumi. Minggu pagi 2 September 2018, gempa dengan magnitudo 5,3 mengguncang Lombok.

Abu Vulkanik Gunung Ruang Ganggu Penerbangan, Penutupan Bandara Sam Ratulangi Diperpanjang

Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, pusat gempa berlokasi pada titik koordinat 8,05 Lintang Selatan, 116,40 Bujur Timur, atau sekitar 38 kilometer timur laut wilayah Lombok Utara.

Dalam sebulan terakhir mulai dari penghujung Juli hingga akhir Agustus, Lombok sudah beberapa kali diguncang gempa. 

Kondisi Mengenaskan 5 Korban Kebakaran Toko Frame Mampang Jakarta Selatan

Selain gempa, beberapa waktu lalu BMKG Mataram merilis jangkauan tsunami bisa mencapai radius 5 kilometer dari pantai, jika terjadi gempa di laut Lombok dengan magnitudo 7,4. Perkiraan ini berdasarkan penelitian BMKG dan para ahli dunia. 

Atas perkiraan tsunami 5 kilometer itu, peneliti tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjokongko mengatakan, pemerintah harus sigap dengan hasil riset BMKG tersebut. Sebab, Widjo mengakui memang ada potensi tsunami yang terpicu gempa di Lombok. 

TNI AL Kirim Kapal Perang Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

"Gempa Bumi Lombok menunjukkan bahwa Sesar Busur Belakang Lombok-Sumbawa masih aktif dan karenanya juga berpotensi menimbulkan tsunami jika magnitudenya besar dan dangkal," kata Widjo kepada VIVA, Sabtu 1 September 2018. 

Untuk itu, dia menekankan, pemerintah harus segera meningkatkan kajian secara detail potensi sumber gempa bumi atau tsunami serta memetakan zona bahaya seberapa jauh dari landasan tsunaminya. 

"Program mitigasi gempa bumi dan tsunami di wilayah Lombok harus dikuatkan," kata dia. 

Widjo mengingatkan pentingnya mitigasi bencana tersebut, sebab menurut hasil pengamatan di lapangan usai gempa melanda Lombok, program mitigasi gempa bumi dan tsunami di wilayah Lombok, khususnya bagian utara belum berjalan dengan baik. 

Dari data pengamatan, masyarakat belum terlatih dan dukungan evakuasi juga belum maksimal, sebab tempat evakuasi sementara rusak.

Selain memprioritaskan program mitigasi, Widjo berpandangan, mendesak pula pelatihan prosedur evakuasi mandiri kepada masyarakat. 

Hal itu juga penting, sebab menurut Widjo, lokasi sumber gempa bumi yang berpotensi tsunami relatif dekat. 

Profil Sesar Lombok 

Widjo mengingatkan potensi sumber gempa di Lombok memang harus terus mendapatkan perhatian lebih. Sebab, data menunjukkan sesar di Lombok masih aktif. Apalagi sesar ini tergolong panjang mulai dari Bali bagian utara hingga Flores dan terdiri atas beberapa segmen. 

"Total panjangnya kurang lebih 1.100 kilometer mulai dari utara Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores," jelasnya.

Dia menjelaskan, walau tak terus-menerus menimbulkan gempa, sejatinya sesar itu terus 'hidup'. Widjo menuturkan, Busur Belakang Lombok-Sumbawa bergerak kira-kira 10 milimeter per tahunnya dan menyodok ke selatan terus-menerus, meski tidak ada yang bisa memprediksi kapan dan di titik mana gempa bumi bakal terjadi.

"Jadi potensi gempa akan terus (ada). Saat ini gempa berkurang atau meluruh tapi sodokan itu terus (terjadi) dan akan menimbulkan potensi gempa bumi berikutnya," ucapnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya