Waspadalah, LinkedIn Jadi Alat Intelijen China Rekrut Mata-mata

Logo LinkedIn.
Sumber :
  • LinkedIn

VIVA – Badan Nasional Kontraintelijen Amerika Serikat menuduh badan intelijen China menggunakan akun pencari kerja LinkedIn palsu untuk merekrut warga AS yang memiliki akses ke pemerintahan dan perusahaan swasta strategis.

Kena Veto Amerika Serikat, Palestina Gagal Jadi Anggota Penuh PBB Usai Ajukan Resolusi

Mengutip situs South China Morning Post, Senin, 3 September 2018, target yang disasar China untuk direkrut antara lain ahli di bidang superkomputer, energi nuklir, nanoteknologi, semi-konduktor, teknologi tipuan, perawatan kesehatan, biji-bijian hibrida, serta energi hijau.

Direktur Nasional Kontraintelijen AS, William Evanina, mengatakan kepada LinkedIn bahwa mereka harus bersikap 'super agresif' mengatasi akun tersebut.

Sri Mulyani Bertemu Menkeu Selandia Baru, Ini yang Dibahas

William juga menyebut kampanye akun tersebut menghubungi ribuan anggota LinkedIn dalam satu waktu. Tetapi ia menolak untuk mengatakan berapa banyak akun palsu yang ditemukan intelijen AS, di mana banyak warga AS yang telah dihubungi dan seberapa besar keberhasilan China dalam melakukan perekrutan.

Pemerintah Jerman dan Inggris sebelumnya mengklaim Beijing menggunakan LinkedIn untuk mencoba merekrut warganya sebagai mata-mata. Tapi ini adalah pertama kalinya seorang pejabat AS membuat klaim serupa.

Viral Pernikahan Mewah di Sukabumi, Maharnya Sangat Fantastis Capai Rp5 Miliar

William menjelaskan LinkedIn dapat mengikuti jejak Twitter, Google dan Facebook, yang telah menghapus semua akun palsu yang diduga terkait dengan agen intelijen Iran dan Rusia. Ia berharap LinkedIn dapat melakukan hal serupa.

Sementara itu, Kepala Keamanan LinkedIn, Paul Rockwell, mengatakan bahwa perusahaan telah berbicara dengan lembaga penegak hukum AS tentang upaya spionase China. Awal bulan ini, LinkedIn telah menghapus akun tersebut yang mana jumlahnya kurang dari 40 akun.

Mereka mencoba menghubungi anggota LinkedIn terkait dengan organisasi politik. Namun, Rockwell tidak mengatakan apakah itu akun asal China atau bukan. Ia juga menolak memberikan jumlah akun palsu yang terkait dengan badan intelijen negeri Tirai Bambu tersebut.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mengidentifikasi dan menghentikan kegiatan ini. Perusahaan sangat cepat untuk membatasi akun, mengurangi dan menghentikan kerusakan yang dapat terjadi," katanya.

Pada kesempatan terpisah, Kementerian Luar Negeri China di Beijing membantah tuduhan AS. Mereka menganggap pejabat intelijen AS tidak mempunyai bukti yang relevan dengan apa yang dituduhkan. “Apa yang mereka katakan adalah omong kosong dan punya motif tersembunyi,” demikian keterangan resmi Kemlu China. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya