Open Source di Smart City Bukan Berarti Data Penduduk Diumbar

Head of Jakarta Smart City Management Unit, Setiaji.
Sumber :
  • Sarie/Viva.co.id

VIVA – Pengaplikasian Smart City dikabarkan lebih rentan terkena serangan siber akibat data yang dibuka kepada umum. Namun, menurut Associate Consultant IDC Indonesia, Muhammad Kamil Yunus, ada kesalahan pengertian mengenai hal itu.

Jokowi Minta Bos Apple Bantu Pengembangan Smart City di IKN

"Open source data bukan Bukan berarti lebih rentan terkena serangan. Yang harus diketahui dan dipahami policy-nya. Tidak sembarangan bisa ambil data," kata Kamil, ditemui dalam acara Virtus Showcase 2018, Jakarta, Rabu, 5 September 2018.

Selain itu, berkaitan dengan internet of things (IoT), ia mengungkapkan bukan hanya mengenai sebuah sensor lalu memasukkan data. Tapi, terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, di mana salah satunya mengenai keamanan.

Perusahaan Teknologi Jepang Siap Bantu IKN Jadi 'Smart City'

Hal itulah yang bisa menekan keretanan dalam Smart City. "Di Jakarta misalnya. IoT menggunakan standard ISO 270001. Jadi IoT yang terkonek dengan sistem harus memenuhi standard," paparnya.

Senada, Kepala Unit Pelaksana Teknis Jakarta Smart City, Setiaji, menyebut ada ketentuan jenis data yang bisa dibuka oleh publik.

Membangun IKN jadi 'Smart City'

Misalnya, data kependudukan hanya disebutkan mengenai jumlah penduduk di suatu daerah. "Contohnya di wilayah Jakarta. Berapa sih jumlah laki-laki dan perempuan. Yang di-open itu enggak usah di-hack orang juga bisa ambil. Gratis pula," jelas Setiaji.

Data-data yang dibuka untuk umum ini, lanjut dia, tersedia di laman resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Setiaji mengatakan bahwa ada 3.000 lebih data yang open source di sana.

"Data yang di-open ke masyarakat dalam bentuk Ms Excel. Bisa download analisis seperti rasio guru dengan jumlah murid," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya