Pemerintah dan Masyarakat Jadi Penentu Naik Turunnya Hoax di Medsos

Aksi kampanye anti-hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA – Akademisi Yasraf Amir Piliang menegaskan penurunan berita bohong atau hoax di media sosial terjadi apabila sistem kekuasaan atau pemerintah turun tangan.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Talkshow "Promosi Budaya Indonesia Lewat Konten Digital"

"Bisa menurun kalau dikendalikan. Konten pornografi, kekerasan, ujaran kebencian. Itu bisa menurun. Kalau sistem kekuasaan turun tangan," kata dia di Jakarta, Jumat, 14 September 2018.

Hanya saja, Yasraf memberi catatan bahwa tindakan menghentikan penyebaran hoax ini lebih ke pelarangan sebelum terjadi. Jika ada satu situs yang dikhawatirkan akan membuat hoax, maka otomatis langsung dilarang.

Nikita Mirzani Ngaku Dapet Kekerasan dari Rizky Irmansyah, Lita Gading: Lapor Jangan Koar-koar

"Itu namanya belum terjadi hoax, tapi sudah dilarang," jelasnya. Yasraf menyatakan bahwa pelarangan dalam konteks menghindari sah-sah saja atau boleh. Namun, hal itu juga harus disertai perlakuan yang adil.

Meskipun salah satu kelompok merupakan perwakilan dari penguasa saat ini. Ia melihat kecenderungan saat ini pemerintah hanya melarang satu kelompok tertentu yang memiliki kesalahan yang sama dengan kelompok lainnya.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Nobar Kreatif di Dunia Digital Sejak Dini

"Itu mungkin orang melihat negara adil. Kan, negara enggak boleh partisan, enggak boleh berpihak pada satu kelompok walaupun kelompok itu adalah penguasa," tegas dia.

Yasraf juga menjelaskan mengenai sifat masyarakat atau pengguna media sosial yang cenderung biner, atau pendekatan kepada pilihan yang kontradiktif. Seperti contohnya friend / unfriend, follow / unfollow, dan like / dislike.

Dengan sifat biner itu, lanjut dia, memancing konten negatif seperti hoax lebih cepat tersebar. Saat ini, terutama mendekati pemilu presiden tahun depan, kecenderungan pengguna untuk bersifat biner sudah kembali terlihat.

Sebab, mesin hoax juga sudah mulai terlihat bekerja kembali. "Karena orang berkampanye mencari kata-kata, mencari topik-topik istilah untuk mengangkat si partai, si kelompoknya. Cara yang paling mudah, ya, berpikir bener," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya