Uang Elektronik Marak, tapi Menyimpan Masalah

Ilustrasi transaksi pembayaran melalui berbagai sistem Anjungan Tunai Mandiri atau debit, uang elektronik, sampai dengan kartu kredit.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Tren uang elektronik atau e-money mengalami perkembangan. Namun, di tengah maraknya bisnis uang tanpa tunai ini ternyata menyimpan masalah.

Tingkatkan Inklusi Keuangan, Bank Mandiri Hadirkan e-money Edisi Khusus Nusantara

Menurut Direktur True Money, Rio da Cunha, masyarakat masih menganggap 'tabu' menyimpan uangnya di dalam perangkat seperti ponsel.

"Banyak (industri keuangan) yang masih tidur, termasuk perbankan. Selain itu, masih banyak masyarakat yang menganggap aneh menyimpan uang di mobile phone," kata Rio di Jakarta, Rabu, 3 Oktober 2018.

Cara Agar Saldo Tiket Transjakarta Tak Hilang Saat Kartunya Hilang

Ia mengatakan, edukasi untuk menaikkan pamor penggunaan uang elektronik juga butuh kesabaran. Rio mencontohkan cashback yang dilakukan sejumlah perusahaan uang elektronik merupakan bagian dari edukasi tersendiri.

"True Money melihat itu bagus. Karena, ketika masyarakat sudah mulai melek keuangan, maka itulah momen bahwa masyarakat mau mencoba," ujarnya.

Naik LRT Jabodebek Bisa Pakai LinkAja di 18 Stasiun

Akan tetapi, Rio melanjutkan, hal ini justru membuat pengguna uang elektronik tidak loyal. Ia melihat banyak dari mereka yang menggunakan e-wallet tertentu alias tergantung program yang sedang ditawarkan perusahaan uang elektronik.

Ia juga menyoroti 'paksaan' penggunaan e-toll dan pembayaran elektronik untuk sejumlah transportasi umum  menjadi terobosan.

Hal itu bukti pemerintah mendukung program inklusi keuangan. "Kita harus bangun need ya. Sesuatu yang berhubungan dengan kebiasaan sehari-hari pasti dipakai," papar Rio.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya