Mengapa Oktober Cuaca Terasa Lebih Panas?

Ilustrasi prakiraan cuaca
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jojon

VIVA – Belakangan warga di Jakarta merasakan cuaca dan suhu yang lebih panas dari biasanya. Pengukuran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menunjukkan beberapa hari lalu, Jakarta mengalami suhu maksimum lebih panas dari suhu rata-rata biasanya. 

Waspada Hujan Petir Diprediksi Bakal Guyur Jakarta Siang Nanti

BMKG mencatat pada 7 Oktober 2018, di Jakarta suhu maksimum terjadi di Kemayoran yakni 35,4 derajat celsius. Suhu maksimum juga terekam di kota lain di Pulau Jawa, yakni 36,7 derajat celsius di Semarang pada 7 Oktober, dan suhu 32,4 derajat celsius di Bandung pada tanggal yang sama. 

Kepala Sub Bidang Produksi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, menjelaskan, suhu di Pulau Jawa pada Oktober ini memang mencapai puncaknya. Hal ini disebabkan kulminasi Matahari di atas Jawa. 

BMKG: Wilayah DKI Jakarta Bakal Diguyur Hujan Pada Jumat Siang

"Kulminasi atau transit atau istiwa merupakan fenomena saat Matahari di langit berada tepat di posisi lintang di mana kita berada, sehingga membuat sudut deklinasinya 0, atau tepat tegak lurus di atas kepala kita, sehingga membuat apa pun seakan-akan tak ada bayangannya," ujar Siswanto dalam keterangannya, Rabu 10 Oktober 2018. 

Dia menuturkan, kulminasi Matahari menyebabkan pancaran radiasi langsung terjadi lebih maksimal dan menyebabkan penguapan tertinggi dibanding bulan-bulan lainnya. 

Prakiraan BMKG: Jakarta Diguyur Hujan pada Siang hingga Malam Hari

Semakin maksimal radiasi yang diterima permukaan Bumi, akan semakin besar pula radiasi balik yang dipantulkan permukaan Bumi. 

"Radiasi balik inilah yang kemudian kita rasakan sebagai panasnya udara permukaan. Umumnya hal ini menyebabkan kondisi gerah dan terik yang menyengat ke kulit," tuturnya.

Namun demikian, kata Siswanto, suhu Oktober ini di beberapa kota di Jawa belum menunjukkan indikasi kejadian suhu ekstrem yakni suhu lebih dari 35 derajat celsius atau 3 derajat lebih panas dari rata-rata dan terjadi minimal tiga hari berturut-turut. 
 
Siswanto menjelaskan, suhu terasa panas sekali karena pengaruh beberapa faktor. Selain kondisi cuaca panas, angin yang bertiup cukup kencang, tidak hujan dalam waktu yang lama, permukaan tanah yang kering dan kelembapan udara yang kurang menjadi pemicu tingkat ketidaknyamanan tubuh terhadap udara lingkungan. 

"Penambahan panas maksimum siang hari tersebut, selain karena radiasi langsung Matahari yang melimpah karena posisi kulminasi gerak semu Matahari yang pada bulan Oktober tepat berada di atas kepala Jakarta, juga merupakan dampak musim kemarau yang masih berlangsung di sebagian besar Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya