Jangan Emosional saat Posting di Media Sosial, Nyawa Taruhannya

Ilustrasi aktivitas di media sosial.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Media sosial merupakan hutan belantara yang penuh ancaman. Praktisi komunikasi Bagus Sudarmanto menyebut bahwa ada ancaman jika tidak menggunakannya secara bijak.

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

“Jebakan segala macam kalau dipakainya tidak bijak, tidak pandai membangun diri, dan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Itu pasti akan tersesat,” kata Bagus di Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2018.

Menurutnya ketika tersesat itulah bisa menjadikan seseorang bereaksi berlebihan. Ia bisa saja memposting ataupun mengomentari, serta menyebarkan konten negatif.

Ketua DPD PSI Jakbar Mundur, DPW PSI Jakarta: Kami Tidak Mentolerir Kekerasan Seksual

Bagus mengatakan ciri dari era Post-truth adalah karena emosi langsung memposting tanpa verifikasi terlebih dahulu. "Makanya, saya terus mengingatkan untuk saring sebelum sharing. Post-truth karena emosi share first, verified second,” ujarnya.

Tak hanya itu. Bagus juga mengingatkan untuk paham pesan literasi digital serta undang-undang menyangkut media sosial, di mana salah satunya UU ITE.

5 Cara Detoks Pikiran untuk Mencegah Stres Makin Parah, Salah Satunya Meditasi

Bagus menuturkan bahwa media sosial identik dengan pencitraan diri. Di sanalah saat yang tepat untuk berhati-hati dalam membangun citra.

"Makanya, ketika kita bermedia sosial itu berarti mengunggah sebenarnya untuk tujuan pencitraan yang positif. Ini pun harus hati-hati,” kata Bagus.

Ia lalu memberi contoh kasus postingan aktor Augie Fantinus yang menyebabkan dirinya masuk penjara. Bagus mengatakan bahwa itulah penyebab saat tersesat kemudian bereaksi dengan memposting ke media sosial.

"Saya kira ini menjadi pelajaran bagi semua, terutama anak-anak muda karena relatif lebih emosional, lebih agresif," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya