Mengintip 'Markas Perang' Facebook, Siap Babat Habis Hoax

Election War Room Facebook.
Sumber :
  • News Room Facebook

VIVA – Facebook memamerkan ruangan khusus untuk memantau dan menyelamatkan pemilu di berbagai negara. Ruangan tersebut bernama Election Security War Room. 

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal di Dunia

Ruangan ini memantau siapa saja yang menggunakan Facebook untuk tujuan jahat dan mengacaukan pemilu. Facebook menyadari betul masa-sama pemilu adalah masa yang panas, pasti ada dinamika yang menghangat terlebih panasnya di media sosial dan internet.

Untuk itu Election Security War Room hadir menanggulangi hal-hal negatif yang mengacaukan pemilu. 

Ratusan Karyawan PT PRLI Demo Lagi, Minta MA Lakukan Penggantian Majelis Hakim

"Jadi jika ada masalah yang baru kami lihat di platform, maka kami harus dapat mendeteksi dan menanggapinya secara real time, secepat mungkin," ujar Head of Civic Engagement Facebook, Samidh Chakrabarti dikutip dari laman The Verge, Kamis, 18 Oktober 2018. 

Ruangan khusus memantau pemilu ini terletak di markas pusat Facebook di Menlo Park California, Amerika Serikat. 

Cocok untuk Content Creator, Aset Kripto Ini Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Chakrabarti yang mengawasi war room itu mengungkapkan, di dalam ruangan ini terdapat 24 desk dan 17 layar terpampang untuk 24 karyawan yang bekerja dan memantau konten pemilu.

Sebanyak 24 karyawan war room ini sehari-hari akan bekerja mendeteksi spam membahayakan dan ujaran kebencian, sampai informasi hoax yang berpotensi mengacaukan pemilih dalam tahapan pemilu. Mereka menggunakan software yang dikustomisasi untuk tujuan deteksi konten negatif tersebut. 

Sedangkan karyawan lainnya menggunakan Crowd Tangle, layanan yang diakuisisi Facebook untuk memantau konten viral di platform media sosial lainnya. Langkah ini untuk mendeteksi artikel yang tren di Facebook, Instagram, Twitter dan Reddit. 

24 karyawan yang bekerja di war room ini merupakan perwakilan dari 20 ribu karyawan Facebook secara global. Tim ini mewakili prinsip keberagaman. Tim war room ini juga terdiri dari karyawan lintas divisi di Facebook mulai dari divisi data scientist, divisi teknisi, divisi riset, divisi humas, divisi kebijakan sampai perwakilan dari Instagram dan WhatsApp juga nongkrong di war room

Facebook mengakui ruangan war room ini memang baru dibuat, namun secara praktik, tim war room ini sudah bekerja sejak dua tahun lalu. Tim war room ini sudah bekerja keras melawan informasi menyesatkan seputar pemilu setelah kasus Pilpres Amerika Serikat 2016.

Makanya Facebook memutuskan untuk menyediakan ruangan war room khusus supaya pengambilan keputusan atas konten yang mengkhawatirkan pemilu, bisa segara dilakukan dan tertangani dengan cepat.

"Tiap momen muncul, maka perlu pengambilan keputusan dengan cepat. Tidak ada pengganti untuk tatap muka, interaksi di dalam ruangan, jadi kami perlu ruangan fisik untuk bisa koordinasi tim," jelasnya. 

Election War Room Facebook.

Saat ini ruangan war room Facebook ini didekorasi dengan bendera Amerika Serikat dan Brasil. Dua negara ini sedang menjalani pemilu. Untuk Negeri Paman Sam sedang berjalan pemilu jeda, sedangkan di Brasil berlangsung Pilpres pada 8 Oktober 2018.

Sistem kerja

Jika ada karyawan yang menemukan masalah atau konten negatif dan ofensif, mereka akan mengajukannya ke spesialis terkait konten tersebut. Selanjutnya spesialis konten yang terkait ini akan mengarahkan penanganannya ke divisi pengambil keputusan konten. 

Untuk penanganan konten yang mengganggu pemilu, Facebook juga melibatkan pihak luar. Facebook memberi akses kepada jaksa negara bagian dan pejabat terpilih lainnya ke war room tersebut. Harapannya, pihak luar itu bisa dengan cepat melaporkan upaya mencegah pemilih menyuarakan suaranya dan kegiatan mencurigakan lainnya. 

Dalam mendeteksi konten yang membahayakan pemilu, Chakrabarti mengatakan, Facebook memanfaatkan teknologi pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan yang dikembangkan perusahaan. 

"Kedua teknologi kami itu sekarang bisa memblokir atau menonaktifkan akun palsu secara lebih efektif," katanya.

Facebook menegaskan, mereka belum menjamin akan memperluas praktik war room untuk memantau pemilu negara lainnya. Namun menyadari tiap tahun ada pemilu di berbagai negara di dunia, maka media sosial besutan Mark Zuckerberg itu berencana mengaktifkan war room di masa depan. 

"Ini akan menjadi perlombaan sengit yang konstan. Aktor buruk (perusak pemilu) akan lebih canggih dalam praktiknya dan kami harus menjadi lebih canggih juga untuk menangkap mereka," jelas Direktur Politik dan Urusan Pemerintahan Facebook, Katie Harbath. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya