Paus Sperma Mati, Perutnya Mengandung 6 Kg Sampah Plastik

Bangkai paus sperma yang terdampar di Taman Nasional Wakatobi
Sumber :
  • Instagram Kementerian LHK

VIVA – Seekor paus ditemukan mati terdampar di Perairan Pulau Kapota. Tim dari Balai Taman Nasional Wakatobi melakukan evakuasi pada 19 November 2018.

Ayah Lee Sun Kyun Meninggal Dunia Tiga Bulan Setelah Kematiannya

Mengutip laporan di Instagram Kementerian Lingkungan Hidup, Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi, Heri Santoso, menyampaikan bahwa berdasarkan hasil peninjauan lapangan, jenis Paus yang terdampar merupakan Paus Sperma (Physeter macrocephalus), dengan ukuran panjang kurang lebih 950 cm dan lebar ± 437 cm.

"Tim kami menemukan paus tersebut sudah dalam keadaan mati, dan sudah mulai membusuk," kata Heri.

Demam Berdarah Makin Menggila! Lindungi Diri dengan 5 Makanan ini

Nahasnya, berdasarkan hasil identifikasi isi perut hewan malang itu, ditemukan hampir 6 kilogram sampah plastik.

Pihak dari kampus AKKP yang melakukan peninjauan itu, merinci komposisi sampah plastik tersebut, di antaranya:

TBC: Ancaman Mematikan yang Masih Dianggap Aib di Indonesia

- gelas plastik 750 gr (115 buah)
- plastik keras 140 gr (19 buah)
- botol plastik 150 gr (4 buah)
- kantong plastik 260 gr (25 buah)
- serpihan kayu 740 gr (6 potong)
- sandal jepit 270 gr (2 buah)
- karung nilon 200 gr (1 potong)
- tali rafia 3.260 gr (lebih dari 1.000 potong)

Meski begitu, Heri belum bisa memastikan sampah plastik tersebut yang menjadi penyebab kematian paus. "Untuk sementara belum bisa dipastikan penyebab kematian dari paus sperma tersebut," pungkas Heri.

Bangkai paus tersebut dikuburkan hari ini, 20 November 2018. Fotonya menjadi viral di media sosial, setelah banyak akun yang me-repost, termasuk akun resmi pemerintah dan pemerhati lingkungan hidup.

Penggunaan plastik sekali pakai adalah masalah khusus di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Lima negara Asia, yaitu Cina, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand - menyumbang hingga 60 persen dari sampah plastik yang berakhir di lautan. Data tersebut menurut laporan juru kampanye Ocean Conservancy dan Pusat Bisnis dan Lingkungan McKinsey, tahun 2015.

Pada akhir tahun lalu, PBB mengatakan kehidupan laut menghadapi kerusakan yang tak dapat diperbaiki akibat sekitar 10 juta ton sampah plastik yang berakhir di lautan setiap tahun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya