Tantangan Guru di Era Revolusi Industri 4.0

Ilustrasi Revolusi Industri 4.0.
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Era revolusi industri 4.0 menitikberatkan pada pergeseran dunia ke arah digital. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan.

Merdeka Belajar dan Keterbaikan Masa Depan Bangsa

Namun, tantangan selanjutnya ada pada kemampuan sumber daya manusia untuk menjadi pemain utama atau menjadi pemain figuran, menjadi produsen atau lagi-lagi menjadi konsumen, menjadi pelaku atau hanya sebagai penonton saja.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional atau Susenas 2017 menunjukkan bahwa satu dari empat penduduk 15 tahun ke atas telah tamat sekolah menengah atau sederajat. Kemudian, sekitar delapan persen yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.

Rektor IPDN Mendorong Kesiapan Hadapi Revolusi Industri

Hal tersebut dipengaruhi oleh status ekonomi rumah tangga, di mana semakin tinggi status ekonomi rumah tangga maka semakin tinggi APK (Angka Partisipasi Kasar) yang dihasilkan dan pola tersebut semakin terlihat jelas seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan.

Business Development Head PT BFI Finance Indonesia Tbk, Yefta Bramiana menuturkan, masalah kesiapan yang berkaitan dengan tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap dunia pendidikan masih rendah.

Pentingnya Memberikan Pendidikan Moral dan Karakter Anak Sejak Dini

Hal ini sejalan dengan riset internal BFI Education bahwa dari 90 responden di Jakarta dan Bandung, di mana sebesar 66 persen menjawab bahwa kendala utama adalah masalah dana.

Pendidikan di Indonesia.

Era pendidikan yang dipengaruhi revolusi industri 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran.

Bertepatan dengan Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November 2018, perusahaan melalui "BFI Education" memberikan program pembiayaan murah khusus untuk guru yang ingin melanjutkan pendidikan.

Bahkan, program BFI Education ini memberikan kesempatan bagi lima orang guru pertama mendapat bunga pinjaman nol persen. Ia mengaku, sejak diluncurkannya produk ini pada Mei 2018, sudah hampir 100 orang konsumen yang mengajukan pinjaman untuk melanjutkan pendidikan.

"Kami berharap, kedepan bisa bertambah terus. Peminjam saat ini baru di Jabodetabek. Ke depan, kita buka peluang untuk di luar Jabodetabek, khususnya pulau Jawa,"ujar Yefta, dalam keterangannya, Selasa, 27 November 2018.

Ia menambahkan bahwa rata-rata pinjaman yang diajukan sekitar Rp15 juta. Dapat diasumsikan, total pembiayaan yang sudah disalurkan BFI Finance untuk pendidikan melalui BFI Education saat mencapai Rp1,5 miliar.

"Maksimal pinjaman yang kita berikan itu sebesar Rp40 juta, hanya saat ini yang pinjam masih sekitar Rp15-19 juta. Dan jika ada yang melakukan pinjaman, uangnya kita salurkan langsung ke instansinya," jelas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya