Menristekdikti Optimis Hasil Riset Indonesia Terbaik se-Asia Tenggara

Menristekdikti, Mohammad Nasir
Sumber :
  • Dok. VIVA

VIVA – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, optimis hasil riset Indonesia akan mampu mengalahkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Saat ini, riset anak bangsa telah menempati ranking dua.

UU Cipta Kerja Sah, Kampus Bisa Ajak BUMN Kolaborasi Riset

"Alhamdulillah, Indonesia sekarang mampu ranking dua di Asia Tenggara. Kemungkinan di tahun 2019 bisa mencapai tertinggi di Asia Tenggara," kata Nasir usai menjadi pembicara di seminar nasional 'Pencapaian Empat Tahun Kemenristek Dikti' di Universitas Diponegoro Semarang, Jumat, 30 November 2018.

Ia menyebutkan, Indonesia saat ini berhimpit dengan Malaysia terkait pencapaian riset. Maka itu, dengan berbagai upaya yang dilakukan kementeriannya, Indonesia sangat mungkin menyalip Malaysia tahun depan.

UU Cipta Kerja Dorong Kampus dan BUMN Buat Riset Berbasis Output

Menurut Nasir, capaian riset anak bangsa saat ini cukup membanggakan mengingat Indonesia selama lebih dari 20 tahun selalu di bawah Thailand, Singapura, dan Malaysia. Capaian itu, sebut Nasir, tak lepas dari kebijakan yang dilakukannya dengan arahan Presiden Jokowi selama empat tahun terakhir.

"Nah, apa yang kita lakukan ke depan, tentu ini adalah rule material untuk menjadikan inovasi di berbagai bidang," ucapnya.

Soal Vaksin dan Cara Atasi COVID-19 di Indonesia, Ini Kata Menristek

Selama ini, Nasir mengaku terus mendorong dan mengkampanyekan agar riset yang dihasilkan perguruan tinggi bisa dihilirisasi serta bermanfaat pada masyarakat. Jangan sampai riset hanya berhenti di perpustakaan saja.

Selain itu, publikasi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di mata dunia juga penting untuk mendukung capaian pemerintah. Ia menyebut beberapa kampus yang telah masuk 10 besar terbaik, bisa memotivasi kampus lainnya.

"Di Semarang, Undip juga sudah masuk 10 perguruan tinggi di Indonesia dalam publikasinya, UNS sudah masuk 10 besar. Bahkan beberapa universitas swasta juga masuk 15 besar, maka kita dorong. Saya hilangkan dikotomi negeri dan swasta, yang membedakan kualitas. Jika ada perguruan tinggi yang tidak berkualitas, pasti akan ditinggalkan masyarakat," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya