-
VIVA – Praktik rekayasa genetika yang dilakukan ilmuwan asal China, Profesor He Jiankuie, baru-baru ini mengundang kontroversi. He dalam sebuah konferensi menyatakan bahwa ia telah merekayasa gen sepasang bayi perempuan kembar, Lulu dan Hana, agar kebal terhadap virus HIV.
Praktik He tersebut memancing amarah sejumlah pihak, hingga pemerintah China memutuskan untuk menghentikannya. Alasannya, penelitian itu merupakan pelanggaran terhadap peraturan ketat terkait pemanfaatan rekayasa genetika pada manusia.
Dikutip dari BBC, pada Kamis 29 November 2018 lalu, Kementerian Ilmu Pengetahuan China mengatakan bahwa mereka telah meminta The Southern University of Science and Technology di Shenzhen menghentikan aktivitas ilmiah He. Sebelumnya, He merupakan bagian dari universitas itu, sebelum cuti tanpa dibayar pada Februari lalu.
Sementara itu, Komisi Kesehatan Nasional China telah menyatakan bahwa penelitian Profesor He "telah secara serius melanggar hukum, peraturan dan standar etika China" dan bahwa mereka akan menginvestigasi klaim tersebut.
Bukan Pertama Kali
Rekayasa genetika bukan hal yang benar-benar baru. Menurut sebuah sumber, individu yang dimodifikasi secara genetis pernah ada, bahkan mungkin hidup hingga kini. Laman The New York Times, memberitakan pada 1 Desember 2018, bahwa ketika pertengahan 1990-an, para dokter ahli kesuburan di New Jersey mendapat ide untuk membantu wanita memiliki anak.