Tingkatkan Kualitas SDM IT, Semua Pihak Harus Terlibat

Laboratorium Huawei di Shenzen, China.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Amal Nur Ngazis

VIVA – Karir di bidang Information Technology atau IT saat ini tengah menjadi primadona seiring majunya perkembangan zaman. Banyaknya perusahaan yang melibatkan teknologi membuat kebutuhan tenaga IT ikut melonjak. Namun sayangnya kurikulum yang ada belum memadai, terutama jika dilihat dari basis komputer sains.

Harga Diri Apple sedang Dipertaruhkan

"Menurut saya kurikulum IT saat ini belum bisa memenuhi kualitas mahasiswa saat mereka menghadapi dunia kerja, masih sangat kurang. Akibatnya mahasiswa dan alumni sulit berkembang atau mengembangkan sesuatu yang baru," ujar salah satu pengajar di Universitas Telkom Bandung, Suwandi kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon, beberapa waktu lalu.

Lalu solusinya adalah mendorong mahasiswa untuk mempelajari materi, diikuti dengan basic science yang mendasarinya. Dia menyadari, mahasiswa cenderung mengabaikan pengajar jika diminta untuk mempelajari dasar-dasar sains.

Huawei Band 9: Layar Mirip Smartwatch, Harga Cuma Setengah Juta

"Mereka merasa tidak perlu melakukan itu karena bisa menggunakan aplikasi hanya dengan menggunakan jari. Hal tersebut menjadikan mahasiswa hanya sekedar pengguna saja, bukan sebagai pengembang IT," katanya.

Kendala berikutnya yang terjadi ialah perilaku mahasiswa yang serba instan. Ia menyebut banyak dari mereka yang tidak mandiri, malas membaca buku dan bergantung pada hasil dari apa yang mereka cari di internet. Sehingga membuatnya sulit untuk berkembang.

Duel Xiaomi dan Huawei Memanas di Ranah Mobil Listrik

Ditemui di tempat yang berbeda, Kepala Balitbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Basuki Yusuf Iskandar, mengamini pernyataan dosen Universitas Telkom tersebut. Dia menyebut memang ada gap antara jumlah lulusan IT dengan kualitas SDM IT yang jumlah lulusannya naik 20 persen setiap tahun. 

"Memang ada gap yang harus dipenuhi. Salah satu program penutupan lubang gap yang kita lakukan adalah digital literasi," kata Basuki.

Oleh karena itu kerja sama dengan berbagai pihak mereka kebut untuk dilakukan secepatnya. Bahkan Basuki sendiri telah melakukan pembicaraan dengan pihak Kamar Dagang Indonesia (Kadin) untuk mencari tahu lebih mendalam terkait permasalahan dan solusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya IT di Indonesia.

Hal yang sama juga diungkap Rektor Universitas Padjajaran Bandung, Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad. Menurutnya, kolaborasi semua pihak sangat penting untuk mendorong produktivitas lulusan SDM IT, terutama para mahasiswa. Oleh karena itu, ekosistemnya harus dibangun sejak dini.

"Dari sudut pandang akademis, kami melihat pentingnya pembangunan ekosistem untuk mendorong produktivitas mahasiswa, khususnya dalam bidang teknologi. Saya melihat pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dunia pendidikan dan pihak industri seperti Huawei, untuk membentuk ekosistem yang baik untuk mendukung tercapainya revolusi industri di Indonesia," ujarnya.

Baru-baru ini, Basuki juga telah menyaksikan adanya kerja sama institusi pendidikan di Indonesia dengan perusahaan swasta asal China, Huawei. Oktober 2018 lalu, perusahaan global penyedia solusi teknologi informasi dan komunikasi Huawei mengumumkan penyelenggaraan Kompetisi ICT di Indonesia yang pertama sebagai bagian dari kemitraan Huawei ICT Academy (HAINA) dengan delapan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Universitas Padjadjaran yang dipimpin Tri Hanggono merupakan salah satu dari 8 kampus mitra Huawei yang digandeng. 

Kerja sama Huawei dengan 8 universitas di Indonesia.

Kompetisi ICT yang diadakan November dan akan berakhir Desember tahun ini akan melibatkan 8 universitas unggulan untuk mengikuti Kompetisi TIK. Tim yang mewakili Indonesia akan bersaing dalam final wilayah Asia Pasifik pada Maret 2019 untuk memperebutkan tiket final Kompetisi Global TIK Huawei di China pada Mei 2019.

Kampus-kampus unggulan itu juga akan menggelar serangkaian kegiatan yang meliputi program transfer pengetahuan yang dikemas dalam gelaran bertajuk Technology Day (TechDay). Ada juga sertifikasi dalam kerangka Huawei Authorized Information Network Academy (HAINA), gelaran kompetisi nasional ICT 2019, pengikutsertaan mahasiswa dalam program Seeds for The Future 2018, serta rekrutmen dan pemagangan di Huawei.

Dalam gelaran TechDay, Huawei dan masing-masing kampus telah menentukan topik terkini dalam industri TIK untuk dibahas bersama para pakar di bidangnya. Program SmartGen 2018 akan memfokuskan terhadap topik-topik terkini dalam dunia TIK seperti 5G, BigData, Artificial Intelligence (AI), Komputasi Awan, IoT(Internet of Things) dan Blockchain. 

Kedelapan kampus tersebut bergabung dalam jaringan kemitraan Huawei dan berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia yang disebut Huawei ICT Academy (HAINA). Kampus-kampus tersebut adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Telkom (Tel-U) and Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Vice President Public Affair & Communications Huawei Indonesia, Selina Wen mengatakan jika kebutuhan tenaga kerja terkait TIK akan terus tumbuh seiring dengan berbagai tantangan di sektor TIK itu sendiri. Untuk dapat bisa bersaing dalam era Revolusi Industri 4.0, Indonesia sebagai Negara yang dalam waktu dekat diprediksi menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara perlu meningkatkan daya saing sumber daya manusianya dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan tentang teknologi masa depan.

“Kami bangga dapat bermitra dengan delapan kampus unggulan untuk berkontribusi dalam melahirkan SDM di bidang TIK berkompetensi global yang siap menjadi akselerator kemajuan industri di masa depan, serta mewujudkan masyarakat berbasis digital di Indonesia,” kata Selina. 

Program Smart Generation (SmartGen) diinisiasi oleh Huawei pada 2017 diperluas cakupannya pada tahun ini dengan sasaran penerima manfaat sebanyak 1.000 siswa SMK yang berasal dari 12 SMK di 10 kota di Indonesia (Program SmartGen Penyelarasan SMK dan Dunia Kerja), 300 siswa di satuan lingkungan pendidikan LP Ma’arif NU (Program SmartGen : Smart Community), serta sedikitnya 1,500 mahasiswa di delapan universitas terkemuka di Indonesia.

Huawei Indonesia senantiasa berkomitmen dalam meningkatkan kapasitas tenaga kerja Indonesia dengan menawarkan berbagai program pelatihan seperti Huawei Experience Day, Huawei Tech Day, program pelatihan bersertifikat, serta program Seeds for the Future. Hingga saat ini tercatat Huawei Indonesia telah memberikan pelatihan bagi sedikitnya 12.000 tenaga ahli TIK dan pelatihan serta alih pengetahuan bagi lebih dari 3.000 siswa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya