Separuh Populasi Dunia Sudah Online, Tapi Ada Masalah Besar

Kecepatan Akses Internet.
Sumber :
  • speedtest.net

VIVA – Adopsi internet kini makin meluas. Laporan terbaru World Economic Forum menunjukkan, setengah populasi dunia kini telah merasakan akses internet alias online.

Hukuman Tambahan Larangan Akses Internet 8 Tahun ke Terdakwa Revenge Porn Dinilai Progresif

Di satu sisi, temuan tersebut menggembirakan. Artinya, setengah populasi dunia itu bisa memanfaatkan koneksi online untuk beragam kebutuhan. Namun, sisi lain, World Economic Forum mengingatkan ada masalah besar. Internet memang makin meluas tapi transformasi menuju masyarakat dan ekonomi digital menghadapi beragam tantangan. 

Dikutip dari laman Business Insider, Senin 10 Desember 2018, badan dunia itu mengatakan, salah satu tantangan terbesarnya yakni adopsi internet begitu lambat dan kepercayaan dalam ekonomi digital menunjukkan makin lemah.

Dapatkan Cuan Berlipat dengan Manfaatkan Jaringan Internet Cepat, Perhatikan Hal Ini

World Economic Forum menyoroti lambatnya adopsi internet. Masalah ini bisa menimbulkan kesenjangan digital bahkan bisa menjadi permanen. 

Data dari International Telecommunication Union (ITU) menunjukkan, pengguna internet dunia pada 2007 meningkat sebesar 17 persen, tapi peningkatan itu diperkirakan cuma 5,5 persen pada tahun ini.

Komisi I DPR Harap BAKTI Bisa Mensinergikan BTS, VSAT dan Radio Link

ITU mencatat hanya 22 persen orang di Afrika yang online dan 44 persen orang online di Asia Pasifik.

"Akses yang tidak merata ke internet berarti ketidaksetaraan akses ke peluang, pekerjaan dan kemampuan menghadapi kejadian tak terduga," ujar laporan tersebut. 

Untuk itu, World Economic Forum merekomendasikan pemerintah dan organisasi multilateral berinvestasi memperluas akses internet dan menghilangkan hambatan adopsi internet. 

Selain soal adopsi yang lambat, ada kekhawatiran soal dampak keamanan dalam era internet saat ini. Laporan itu menunjukkan, lebih dari separuh penduduk di dunia meyakini kerugian dari teknologi lebih besar dibanding manfaatnya. Apalagi saat ini serangan siber sudah makin terjadi di mana-mana. 

Data menunjukkan, sekitar 74 persen bisnis terancam diretas pada tahun ini, serangan siber membebani perekonomian dunia hingga US$400 miliar per tahun. Risiko serangan siber malah makin mengancam. Untuk paruh pertama tahun ini saja, serangan siber sudah menyasar 4,5 miliar catatan. Angka tersebut naik 2,7 miliar catatan data pada tahun lalu. 

"Konektivitas digital memang memainkan peran dalam membuka inovasi dan kemakmuran di seluruh dunia. Namun peningkatan jumlah risiko dunia maya menjadi hambatan besar bagi kemajuan ke depan," kata laporan tersebut. (dhi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya