Lewat Manajemen Modern, Generasi Muda Didorong Jadi Petani

Ilustrasi kebun teh.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Revolusi industri 4.0 telah mengubah berbagai tatanan kehidupan, termasuk sektor perkebunan, yang meliputi penguatan sumber daya manusia berkualitas, pengembangan bibit serta sarana prasarana berbasis inovasi, serta penguatan kelembagaan petani.

BPS Sumsel Rilis Nilai Tukar Petani, Naik 2,97 Persen pada Maret

Konsep yang kali pertama diperkenalkan oleh ekonom Jerman Klaus Schwab ini diklaim telah mengubah hidup dan cara kerja manusia.

Menurut Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, pengelolaan perkebunan secara baik akan membawa dampak yang signifikan pada perekonomian melalui peluang kerja bagi generasi muda.

Seribu Ton Beras Impor Masuk Pulau Sumbawa, Anggota DPR: Mencekik Petani

Perkebunan Teh Menoreh, yang letaknya di Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, dinilai berhasil mengelola manajemen teh yang modern. Mulai dari hulu hingga hilir.

Suasana perkebunan teh.

Pemerintah Naikkan HPP Gabah dan Beras Sampai 30 Juni 2024

Bahkan, sampai mendapat apresiasi dari guru besar Universitas Nasional Korea Selatan dan Kamboja, yang melakukan penelitian.

"Mereka mengapresiasi manajemen keluar masuknya teh. Kalau dulu hanya disetorkan ke perusahaan, sehingga petani tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Kini, mereka dengan membawa hasil panen bisa membeli beras," kata Bambang, lewat keterangannya, Rabu, 26 Desember 2018.

Mengenai peluang kerja, ia mencontohkan, seperti 62 karang taruna yang dapat langsung bekerja tanpa harus merantau. Bambang mengatakan masyarakat yang tidak memiliki kebun teh juga dapat bekerja, atau bisa juga menjual produk teh.

Sementara itu, Ketua Kelompok Usaha Bersama Teh Menoreh, Sukohadi mengatakan, penanaman dan panen teh harus ada konservasi tanah yang baik karena bisa menghindari terjadinya longsor yang dapat membahayakan warga setempat.

"Kemiringan sekitar 45 derajat paling tepat ditanami teh dibandingkan untuk pohon yang tinggi seperti sengon," katanya.

Kebun Teh Medini.

Menurut Suko, sapaan akrab Sukohadi, tidak hanya konservasi, namun harus menguasai ilmu cocok tanam dan tata cara merawat kebun yang baik agar tetap menghasilkan teh berkualitas.

Hingga kini, lanjut Suko, sudah ada 11 varian teh siap seduh yang berhasil diolah, seperti teh hijau premium, gold tea, teh deplok alias teh tumbuk, yellow tea, red tea, dan teh larasati yang bisa melembabkan kulit.

Semua varian harus unggul karena bisa meningkatkan ekonomi melalui sektor wisata. Suko mengaku bahwa Perkebunan Teh Menoreh sudah dikunjungi turis mancanegara.

"Mereka bisa melihat proses pengeringan, pembakaran hingga penyajian Teh Menoreh. Jadi tidak hanya menikmati pemandangan saja. Ini edukasi yang sangat bagus," ungkap Suko. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya