Bukan Milenial, Hoax Politik Lebih Gampang Nyebar dari Lansia

Ilustrasi media sosial
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Masalah penyebaran kabar palsu alias hoax hingga kini belum menemukan solusi tuntas. Meski edukasi pada masyarakat sudah banyak dilakukan, namun faktanya masih ada saja pihak yang ikut menyebarkan.

Video Anak Kecil Mengendarai Sepeda Motor, Ada Risiko Hukumnya

Studi yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Princeton, Amerika Serikat, menemukan bahwa kalangan lanjut usia, yaitu di atas 65 tahun, teridentifikasi paling mudah membagikan hoax di media sosial Facebook.

Seperti dikutip dari Mirror, Jumat 11 Januari 2019, penelitian itu menggunakan analisis perilaku terhadap 3.500 pengguna Facebook sebelum dan sesudah pemilihan Presiden AS pada 2016.

Akibat Rem Mendadak, Pengendara Motor Tabrak Pikap hingga Terjungkal

Dari hasil analisis menemukan bahwa 11 persen orang yang berusia di atas 65 tahun lebih sering membagikan situs hoax. Sementara hanya ada tiga persen dari kalangan usia 18-29 tahun yang melakukannya.

Data lainnya menunjukkan pendukung Donald Trump, enam kali lebih mungkin berbagi link hoax daripada mereka yang berjiwa liberal, yaitu pihak oposisi. Artinya, di sini pendukung Trump dinilai memiliki pola pikir yang kolot.

Viral di Media Sosial Tawuran Brutal Antar Pelajar, 3 Pelaku Terancam Hukuman Penjara 10 Tahun

Dalam studi yang diterbitkan Science Advances tersebut, pemimpin penelitian, Andrew Guess menulis, kaum yang konservatif (kolot) cenderung berbagi artikel dari domain berita palsu.

Ia menyebut bahwa pada pemilihan presiden 2016 lalu, sebagian besar pendukung Trump berasal dari golongan kolot daripada liberal.

"Kami juga menemukan masyarakat yang berusia senja lebih kuat bertahan dengan pilihan dan ideologinya. Rata-rata pengguna di atas 65 tahun berbagi hampir tujuh kali lebih banyak artikel dan domain hoax, dibanding usia muda," tulisnya.

Kendati sudah ada hasil dari studi ini, namun peneliti belum menemukan alasan dibalik perilaku tersebut. Mereka menyarankan orang yang lebih tua untuk melek teknologi. Peneliti berpendapat mungkin karena faktor usia, membuat mereka lebih mudah untuk dibodohi berita palsu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya