Pertumbuhan E-Commerce Seiring dengan Naiknya Penjualan Ponsel Samsung

Samsung Galaxy Note 9.
Sumber :
  • VIVA/Novina Putri Bestari

VIVA – Dalam kurun waktu dua tahun terakhir jumlah masyarakat Indonesia yang melakukan pembelian secara online angkanya meningkat secara signifikan.

Apple Kehilangan Posisi sebagai Perusahaan Smartphone Teratas, Kalah Saing dengan Samsung

Menurut penelitian PricewaterhouseCoopers atau PwC, sekitar 36 persen konsumen setidaknya melakukan belanja online selama satu bulan sekali.

Sedangkan, survei dari Statista.com menyebut, pertumbuhan e-commerce di Tanah Air meningkat sebanyak 21 persen. Lalu, 41 persen dari konsumen melakukan pembelian kategori gadget atau gawai dan elektronik.

Tim Cook Datang ke Indonesia Besok, Apple Turun Takhta

Di mata Online Business Senior Manager Samsung Electronics Indonesia, Sintara Nyotowijoyo, penjualan e-commerce di Indonesia pada 2016 mencetak angka US$8,62 juta, dan diperkirakan mencapai US$14,4 juta pada 2022.

"Angkanya naik US$5,78 juta dalam rentang enam tahun. Relevan dengan penjualan smartphone Samsung yang pada tahun 2018 tumbuh 62 persen dengan market share online sebesar 60,2 persen. Ini terhitung sampai bulan November 2018," kata dia di Jakarta, Selasa, 15 Januari 2019.

Daftar Lengkap Harga HP Samsung per 16 April 2024

Kemudian, ia melanjutkan, diketahui bahwa pada tahun lalu website Samsung yang sejatinya menyediakan informasi perangkat-perangkatnya dikunjungi lebih dari 60 juta pengunjung.

Hal ini menandakan adanya perilaku ingin tahu masyarakat sebelum membeli perangkat. "Ada 60 juta pengunjung di situs samsung.com. Artinya, mereka tertarik lebih jauh tentang produk kami," jelas Sintara.

Maka dari itu, raksasa teknologi Korea Selatan tersebut merilis samsung.com Shop, yang memberi opsi baru untuk konsumen dari yang sebelumnya hanya mencari informasi mengenai perangkat menjadi bisa langsung berbelanja.

Sintara juga mengungkap alasan mengapa baru berinovasi dalam penjualan online. Sedangkan, tren seperti ini sudah ada sejak lama. Ia mengaku bahwa mereka bukanlah pemain e-commerce.

"Kita butuh waktu lama untuk menyiapkan segalanya. Butuh waktu juga menyiapkan back-end. Kita mau pastikan layanannya bagus supaya tidak ada komplain dari konsumen," klaim Sintara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya