Fenomena Sesama Wanita 'Nyinyir' di Medsos, Mengapa?

sorot sosial media - akses internet - smartphone
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

VIVA – Misoginis adalah sindrom kebencian yang dialami pria terhadap wanita. Misoginis digambarkan sebagai perilaku pria yang membenci, memandang rendah, dan mendiskriminasi wanita.

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

Namun di era digital seperti sekarang, sindrom tersebut bisa juga terjadi pada wanita, dan mengarah pada rasa benci terhadap sesama kaumnya, disebut juga dengan self misoginis. Hal ini dibuktikan terhadap fenomena di media sosial, di mana ada wanita yang menjatuhkan wanita lainnya.

Analisis Kebijakan Publik, Andhyta F. Utami berpandangan, fenomena tersebut adalah bagaimana wanita yang mendiskriminasi sesama wanita karena tidak sesuai dengan ekspektasinya.  

Ketua DPD PSI Jakbar Mundur, DPW PSI Jakarta: Kami Tidak Mentolerir Kekerasan Seksual

"Adanya pilihan yang berbeda membuat wanita ingin menjatuhkan sesama wanita, seperti mencoba untuk memaksa. Jadi untuk menghindari sindrom ini lebih baik kita saling mendukung, agar kita lebih berpikiran terbuka," ujarnya usai acara Perempuan di Balik Era Digital, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2019.

Andhyta mencontohkan, kasus misoginis itu bisa terlihat ketika warganet dari kalangan wanita marak berkomentar miring atau nyinyir pada kehidupan publik figur tertentu yang sama-sama wanita.

5 Cara Detoks Pikiran untuk Mencegah Stres Makin Parah, Salah Satunya Meditasi

Menurut Andhyta, seorang wanita memiliki pilihan masing-masing. Sehingga wajar jika terdapat perbedaan. Ada dari mereka yang sambil mengurus keluarga dan berjualan di e-commerce, ada juga yang mendedikasikan hidupnya untuk berkarier di suatu lembaga. Sehingga setiap keputusan yang diambil harus didukung.

Wanita juga sering dipandang sebagai gender yang susah maju di era digital. Andhyta mengatakan, anggapan tersebut justru akan menghambat mereka yang memiliki aspirasi. Akibatnya wanita akan membatasi diri terhadap apa yang ingin mereka lakukan.

"Stigma ini membuat banyak wanita yang turun rasa percaya dirinya karena takut dijauhi, takut juga jadi tidak ada lawan jenis yang berani mendekati. Kita enggak perlu seperti itu," katanya.

Perempuan yang berani menyampaikan aspirasi positif, pasti akan mendapat apreasi dari orang lain. Oleh karena itu ia menyarankan perempuan agar tetap percaya diri menyampaikan apa yang harus disampaikan ke lingkungan sekitar. (dhi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya