- www.pixabay.com/tookapic
VIVA – Belakangan ini di media sosial Twitter heboh dengan narasi Mabes Polri menjadi aktor mengorganisir ribuan anggota Polri untuk menjadi buzzer politik mendukung capres Jokowi.
Sebuah akun dengan nama @Opposite6890 mengklaim Mabes Polri membentuk buzzer anggota Polri dari tingkat Polres sampai pusat dan semua anggota buzzer terhubung seluruh Indonesia melalui aplikasi bernama Sambhar. Akun @Opposite6890 mengaku membongkar jaringan ‘buzzer coklat’ ini setelah melacak paket aplikasi Android (APK) Sambhar.
Ahli keamanan teknologi informasi Vaksincom, Alfons Tanujaya menyangsikan klaim dari akun tersebut. Menurutnya, klaim akun membongkar APK dan terlacak alamat IP aplikasi itu merupakan milik Mabes Polri, harus diselidiki dan dibuktikan terlebih dahulu. Apakah hal itu benar atau tidak.
Dia berpandangan, kalau memang akun tersebut punya bukti valid soal alamat IP tersebut, maka perlu diselidiki lebih jauh apakah benar memang dari Mabes Polri atau malah ada yang sengaja membuat kesan seakan-akan Mabes Polri yang melakukan hal tersebut.
"Misalnya IP diretas atau disalahgunakan untuk tujuan penyesatan. Perlu diselidiki lebih jauh dan lebih serius karena hal ini secara tidak langsung berusaha mencari delegitimasi Polri," ujarnya kepada VIVA, Jumat 8 Maret 2019.
Alfons mengatakan perlu dipastikan dahulu, apakah WiFi yang didapatkan akun tersebut itu memakai skema crack atau memang WiFi gratisan yang diberikan untuk pengunjung Mabes Polri. Dia menuturkan kalau mau mendapatkan alamat IP Mabes Pori sejatinya tidak terlalu sulit, caranya yakni melacak bagaimana koneksi via WiFi Mabes Polri langsung.
"Rasanya agak kurang logis kalau Mabes Polri mau buat buzzer (andaikan benar) lalu seceroboh itu menggunakan IP-nya," katanya.
Ahli siber itu mengingatkan untuk masa menjelang Pemilu perlu teliti dalam mengolah informasi yang masuk. Sebab, menurut pengamatannya, saat ini KPU dan kepolisian sedang didelegitimasi dengan tujuan membuat Pemilu dan negara kacau.
"Kita harus hati-hati karena pembuat hoax saat ini sudah tidak tahu malu. Sudah tertangkap bukannya sadar dan menyesali perbuatannya malah makin berani membuat hoax lain," tuturnya. (dhi)