Kominfo Hapus 2.856 Video Teror Selandia Baru, Facebook Akan Dipanggil

Warga meletakkan bunga di depan Masjid Wellington, Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Sabtu, 16 Maret 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ramadian Bachtiar

VIVA – Kementerian Komunikasi dan Informatika sampai Senin pagi 18 Maret 2019 telah menghapus 2.856 video serangan teroris di Christchurch, Selandia Baru yang terjadi pada Jumat pekan lalu.

Investasi di Indonesia, Menperin Ingatkan Apple harus Penuhi Aturan TKDN

Kominfo menyebutkan ribuan video itu begitu brutal sehingga layak untuk dihapus dari platform internet. "Benar-benar fokus kemarin video, brutal minta ampun," kata Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu di Jakarta, Senin 18 Maret 2019.

Dia mengatakan tahap berikutnya Kominfo akan menghapus konten berbentuk tulisan seputar penembakan oleh teroris yang menimbulkan puluhan korban jiwa. 

Revisi UU ITE Disahkan, Privy Siap Amankan Transaksi Keuangan Digital

Dari seluruh konten itu, yang paling banyak berada di Instagram yakni 1.501 video, Twitter (856 video) Facebook (355 video) dan YouTube (144 video). 

Ferdinandus mengatakan, Kominfo langsung meminta Facebook menurunkan video terorisme Christchurch Selandia Baru tak lama setelah kejadian berlangsung. Ferdinandus menuturkan, Kominfo berencana memanggil Facebook. 

Kominfo Ancam Blokir 6 Platform Online Travel Agent yang Belum Daftar Sebagai PSE

"Belum sih, tapi direncanakan begitu (untuk dipanggil)," ujar Ferdinandus. 

Ia menjelaskan, konten terorisme di media sosial memang meningkat tajam awal tahun lalu. Sebelumnya saat dilakukan penelusuran manual hanya 300 video yang terjaring.

Namun, Ferdinandus mengatakan, saat mesin sensor AIS diperbantukan, total 11.803 konten terorisme yang terjaring, dengan rata-rata ditemukan paling banyak pada Facebook dan Instagram. 

"Konten-konten mempromosikan pembuatan bom kemudian mengajak orang melakukan kekerasan ke orang lain terhadap agama dan suku lain. Ideologi-ideologi yang sengaja dalam postingan pembunuhan kekerasan," ujar dia. (dhi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya