Video Teror di Masjid Menyebar, PM Selandia Baru Kecewa pada Facebook

Warga meletakkan bunga di depan Masjid Wellington, Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Sabtu, 16 Maret 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ramadian Bachtiar

VIVA – Terkait penyebaran video penembakan berantai di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, Facebook menyatakan bahwa pihaknya telah menghapus jutaan video tersebut di platformnya.

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

Akan tetapi, menurut Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, apa yang dilakukan Facebook itu masih belum cukup. "Kita tidak bisa hanya duduk dan menerima platform ini ada dan apa yang dikatakan oleh mereka, tidak bertanggung jawab di tempat di mana mereka (video) dipublikasikan. Mereka (Facebook) penerbit. Bukan hanya tukang pos," kata Ardern seperti dilansir laman Tech Crunch, Jumat 22 Maret 2019.  

Facebook sendiri mendapat banyak kritik dari pemimpin dunia setelah kejadian teror itu. Banyak yang mempertanyakan bagaimana platform media sosial bisa digunakan untuk mengedarkan video berisi tindakan keji.

Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Selain itu, video pembantaian tersebut sebelumnya dengan cepat menyebar di platform 8chan. Penyebaran ini sebelum Facebook tahu ada live broadcast penembakan di platformnya.

Platform 8chan dikabarkan sebagai media untuk membagikan video lebih luas lagi. Dikabarkan, pengidentifikasian forensik pada banyak video yang tersebar - seperti bookmark yang terlihat pada screen recording - cocok dengan konten yang diposting di 8chan.

8 Terduga Teroris Jaringan JI Ditangkap, Polisi Ungkap Ada yang Berperan Jadi Bendahara

Permasalahan lainnya, AI yang ada di Facebook tidak bisa mendeteksi adanya tindakan berbahaya dalam video itu secara real time.

Facebook sendiri menjelaskan alatnya tidak memiliki data pelatihan untuk membuat perhitungan memahami adanya pembunuhan massal.

Menurut pihak Facebook, mereka perlu menyediakan volume data yang sangat besar. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang sulit karena jarang terjadi. Termasuk bisa membedakan konten serupa secara visual dan tidak berbahaya.

Gambar atau konten video yang disinyalir sebagai first person shooter juga bisa menjadi masalah dalam hal ini. Karena bisa saja ribuan video game dari video game streaming ditandai sebagai konten berbahaya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya