Kata Buya Yahya soal PUBG: Bukan Gamenya yang Haram

Game PUBG/Ilustrasi.
Sumber :
  • Instagram/@pubg

VIVA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sedang membahas fatwa haram terhadap game PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Pada Selasa, 26 Maret 2019, MUI dan Kominfo telah bertatap muka namun belum mengumumkan keputusan mengenai fatwa haram PUBG.

Profil Aura Jeixy, Pro Player PUBG yang Ditangkap Terkait Kasus Narkoba dengan Chandrika Chika

Di tempat yang terpisah, ulama dan pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Buya Yahya, rupanya juga mengangkat mengenai PUBG dalam salah satu kajiannya.

Di hadapan para jamaah, sebagaimana ditayangkan di kanal YouTube Al Bahjah, Buya menjelaskan bahwa game apa pun bisa bernilai haram. Esensi haramnya, bukan dilihat dari game itu sendiri, namun lebih kepada dampak terhadap pengguna.

Pinjam Uang di Bank Syariah Apakah Riba? Ini Penjelasan Buya Yahya

Dimulai pada menit ke 4:24, Buya mengatakan, "Yang jelas game menyita waktu anak-anak kita, belum lagi game nanti kalau ada perjudian menjadi haram," kata Buya.

"Jadi haram bukan karena zatnya game, tapi haramnya adalah digunakan untuk apa game itu. Game yang untuk perjudian, jelas haram. Atau haram karena di situ ada pornografinya," sambung Buya.

Terpopuler: Ramalan Zodiak sampai Penjelasan Buya Yahya Soal Panggilan Pak Haji

Buya juga menjelaskan bahwa apabila game tersebut membuat seorang Muslim lalai dari menjalankan ibadah, meninggalkan sholat, maka sifat haram juga bisa berlaku. Terlebih lagi jika dengan bermain game dapat menyebabkan penggunanya melakukan kejahatan, pornografi, hingga perjudian.

"Jadi kalau pun game itu diharamkan, bukan karena zatnya game. Tapi karena menyebabkan dia meninggalkan sholat, berjudi, karena ada pornonya, karena mengajarkan kekejaman, seperti itu," kata Buya.

Dengan maraknya isu tentang fatwa haram game PUBG oleh MUI, dan sebelumnya dikaitkan dengan aksi pembantaian di masjid di New Zealand, Buya Yahya memandang bahwa ini bisa menjadi bahan renungan. Terutama tentang untuk apa game digunakan dan sejarahnya.

"Yang jelas banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang mengeluh, anak-anaknya hilang karena sibuk dengan game. Matanya trakom karena game. Enggak ngaji karena game," kata Buya.

Di samping membenarkan mengenai game banyak menyita waktu anak-anak, Buya juga menilai bahwa bermain game tak ada salahnya jika tak sampai lupa waktu dan tujuannya hanya sekadar bersenang-senang tanpa melakukan hal-hal yang dilarang agama.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya