Peretasan Media Sosial Kian Marak, Hati-hati Nomor Kloning

Chairman CISSReC, Pratama Persadha.
Sumber :
  • Dok. CISSReC

VIVA – Peretasan akun media sosial jelang Pemilu 17 April semakin marak terjadi. Kasus terbaru menimpa akun media sosial Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Muhammad Said Didu, diretas atau dibajak oleh seseorang.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Talkshow "Promosi Budaya Indonesia Lewat Konten Digital"

Sebelumnya peretasan juga terjadi pada akun media sosial tokoh-tokoh lainnya, seperti akun JS Prabowo, Ferdinand Hutahaean, Ustad Abdul Somad alias UAS, dan Haikal Hassan, yang mana mereka adalah pendukung pasangan capres 02.

Banyaknya kasus peretasan tokoh politik itu, menurut Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha, sebagai kejadian yang sangat memprihatinkan.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Nobar Kreatif di Dunia Digital Sejak Dini

Pratama berharap Cybercrime Polri bersama Kominfo serta pihak terkait lainnya bisa segera menelusuri kejadian tersebut. Karena apabila tidak mendapat perhatian dari aparat, Pratama khawatir isunya akan melebar.

"Bila ditarik ke sisi politik akan merugikan pihak 01 juga 02. Namun, lebih berbahaya lagi kejadian ini dapat memanaskan situasi di tengah masyarakat. Apalagi seperti di akun Said Didu, pasca diretas lalu diposting sebuah hoax terkait UAS. Ini imbasnya besar dan sudah sangat ramai di media sosial," kata Pratama dalam keterangannya. Senin 15 April 2019.

Heru Budi Bakal Tingkatkan Pengawasan Buntut Kasatpel Numpang Mobil Dishub ke Puncak

Pratama berpandangan, saat ini merupakan momen yang menunjukkan keamanan siber ternyata begitu penting. Untuk itu, kata dia, Cybercrime Polri harus berkolaborasi dengan Kominfo, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan penyedia platform untuk mengejar pelaku.

Polri punya pengalaman bagus saat menangkap para admin @triomacan2000. Artinya untuk mencari dan menelusuri pelaku sangat mungkin, karena setiap kegiatan di wilayah digital pasti meninggalkan jejak.

"Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya yakin Cybercrime Polri mampu menelusuri jejak digitalnya dan segera mengungkap pelakunya," ujar Pratama.

Namun tidak kalah penting, kata dia, adalah setiap tokoh publik harus mampu mengamankan akun media sosialnya, dengan fitur paling standar yang sudah disediakan.

"Langkah pengamanan yang dilakukan sama di seluruh media sosial, lakukan otentikasi dua langkah lalu matikan layanan pihak ketiga seperti game dan aplikasi. Semakin populer akun seseorang, artinya semakin besar kemungkinan menjadi target peretasan oleh siapa pun," jelas Pratama.

Hal tak kalah penting lainnya, ujar pria asal Cepu Jawa Tengah itu, adalah nomor seluler yang dimasukkan ke fitur otentikasi. Pastikan nomor yang tidak disebar ke publik. Artinya orang yang ingin mengkloning nomor seluler tidak tahu persis nomor mana yang dipakai. Pratama menuturkan, nomor itu penting karena salah satu cara menjebol akun media sosial adalah dengan mengkloning nomor seluler.

"Sebenarnya bila akun yang diretas jelas milik politisi atau selebriti yang dikenal luas oleh publik, seharusnya platform seperti Twitter, Facebook dan Instagram bisa mengembalikan ke pemiliknya," kata Pratama.

Pratama mengatakan, untuk mengamankan WhatsApp sama seperti media sosial lainnya. Aktifkan otentikasi dua langkah di Pengaturan keamanan. Jadi secara berkala WhatsApp akan meminta beberapa digit nomor untuk masuk ke aplikasi. Dalam hal merasa nomor WhatsApp dikloning, segera langsung lapor provider. Karena nomor pengguna terdaftar dengan NIK dan KK, jadi bisa langsung dimatikan dan WhatsApp untuk diambil alih.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya