Jangan Mudah Percaya Influencer Media Sosial soal Saran Diet

Ilustrasi diet.
Sumber :
  • Pexels/rawpixel.com

VIVA – Media sosial Instagram hingga Twitter sudah lazim menjadi wadah mencari informasi seputar kebugaran atau diet. Namun sebuah studi baru mengungkapkan, informasi influencer soal diet di media sosial tidak akurat atau bias. Studi dari peneliti dari University of Glasgow, Skotlandia menemukan bias tersebut.  

Dear Penderita Maag, 5 Tips Ini Bermanfaat Untukmu

Dilansir dari laman Mirror, Selasa 30 April 2019, peneliti University of Glasgow, menemukan hanya satu dari sembilan blogger di Inggris yang membuat manajemen diet dengan akurat dan dapat dipercaya. 

Dalam studinya itu peneliti memeriksa, apakah klaim yang mereka sampaikan bersifat transparan, termasuk meneliti referensi informasi, apakah dapat dipercaya dan memiliki nutrisi yang baik. Peneliti juga turut melihat peran bias yang diunggah di internet.

Menu Sahur Ini Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

"Kami menemukan mayoritas blog tidak dapat dianggap sebagai sumber informasi pengelolaan berat badan yang kredibel. Alasannya karena mereka sering menyajikan pendapat sebagai fakta dan gagal memenuhi kriteria gizi," kata penulis utama penelitian tersebut, Christina Sabbagh. 

Makanya, ia menuturkan, blog yang mengunggah informasi bias itu berbahaya sebab konten di blog bisa menjangkau khalayak luas. 

Mau Diet Defisit Kalori saat Lagi Puasa? Begini Caranya

Dalam pelacakannya, peneliti memilih blogger yang sudah memiliki 80 ribu pengikut di salah satu media sosial. Akun influencer yang dipilih merupakan akun yang telah diverifikasi dengan centang biru. 

Tim menganalisis sembilan influencer dengan konten yang diterbitkan pada Mei-Juni 2018, dan mencocokkan terhadap 12 kriteria untuk menunjukkan kredibilitas. Blogger dianggap lulus tes jika mereka memenuhi 70 persen atau lebih dari kriteria yang ada.

Peneliti juga memeriksa 10 resep makanan terbaru dari masing-masing blog untuk konten energi, karbohidrat, protein, lemak, lemak jenuh, serat, kadar gula dan garam. Hasil penelitian menunjukkan, beberapa blogger gagal pada hal-hal utama. 

Lima blogger gagal karena telah memberi referensi klaim nutrisi yang salah. Kemudian ketika makanan diperiksa terhadap target kalori Public Health England (PHE), tidak ada satu pun blogger yang masuk ke dalam kriteria. 

Hanya satu yang memenuhi kriteria dalam blog berbasis saran, dengan persentase kelulusan sebesar 75 persen. Sedangkan skala terendah mendapat persentase sebesar 25 persen.

"Blog influencer media sosial bukan sumber yang kredibel untuk program diet. Influencer harus memenuhi kriteria, dengan menerima ilmu secara ilmiah atau medis, untuk memberikan saran secara online," kesimpulan dari peneliti. (ali)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya