DJI jadi Target Amerika Serikat Setelah Huawei

Drone DJI Mavic Pro
Sumber :
  • Instagram/@djistoreoc

VIVA – Setelah Huawei masuk dalam daftar hitam Pemerintah Amerika Serikat, kini giliran produsen drone yang menjadi incaran selanjutnya. Departemen Keamanan Dalam Negeri atau DHS Amerika Serikat telah mengarahkan perhatian mereka kepada perusahaan pesawat tanpa awak buatan China.

Duel Xiaomi dan Huawei Memanas di Ranah Mobil Listrik

Dilansir melalui situs Ubergizmo, Rabu, 22 Mei 2019, drone dituduh mengirim informasi ke pabrik mereka di China setelah diterbangkan. Amerika Serikat menuding informasi yang dikumpulkan drone dapat dibagikan dengan pihak lain, seperti pemerintah negara Tirai Bambu.

"Perusahaan itu mampu mengumpulkan dan mentransfer data yang sudah dieksploitasi dan data pribadi. Pemerintah China mewajibkan warganya untuk mendukung kegiatan intelijen nasional," bunyi dari peringatan DHS.

Kembangkan Sistem Berkendara Canggih, Toyota Bakal Gandeng Huawei

Peringatan Amerika Serikat atas drone buatan China ini sebenarnya bukan untuk pertama kalinya. Pada 2017, DHS juga melarang penggunaan drone. Saat ini, daftar hitamnya hanya berlaku untuk Huawei, entah bagaimana untuk ke depannya, apakah daftar tersebut akan bertambah dan apakah perusahaan drone akan ditindaklanjuti.

Menjadi bidikan berikutnya Amerika Serikat, produsen drone asal China, DJI menegaskan produk mereka sudah melewati verifikasi dari pemerintah Negeri Paman Sam. DJI juga mengatakan produk mereka memprioritaskan keselamatan. 

Laptop yang Bisa Menangkap Sinyal WiFi Ratusan Meter Dijual di Indonesia

DJI menjamin produk mereka tak memindahkan data penting seperti yang dituding Amerika Serikat. 

"Setiap hari,pebisnis Amerika, responder pertama dan agen pemerintah AS memercayakan drone DJI untuk membantu menyelamatkan nyawa, mempromosikan keselamatan pekerja, mendukung operasional vital dan kami mengambil tanggung jawab itu dengan sangat serius," kata DJI. 

Perusahaan teknologi Huawei menjadi korban daftar hitam Pemerintah Amerika Serikat. Karena masuk dalam daftar tersebut, beberapa perusahaan teknologi di negeri Paman Sam itu menangguhkan urusan bisnisnya, seperti Google, Intel dan Qualcomm. Sepertinya perusahaan lain juga harus bersiap akan kemungkinan terburuk.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya