Eks CEO XL: Lindungi Data Pribadi, Hati-hati Kebiasaan Pakai Internet

Ilustrasi data pribadi.
Sumber :
  • Instagram/@accumepartners

VIVA – Mantan Kepala Eksekutif XL Axiata, Hasnul Suhaimi mengatakan RUU Perlindungan Data Pribadi yang sedang disiapkan pemerintah ini sebaiknya mengatur mengenai penggunaan data pribadi. Izin pemilik data harus menjadi perhatian dalam aturan tersebut. Hasnul meminta pengguna berhati-hati dengan kebiasaan menggunakan internet dan smartphone.

Nikita Mirzani Bongkar Kelakuan Pasangan yang Posesif: Sindir Rizky Irmansyah?

"Bahwa semuanya itu harus ada izin dari si pemilik data. Dan izinnya terbatas enggak sekali izin terus semuanya bisa izin, hanya untuk apa gitu," kata Hasnul di Jakarta, Selasa 9 Juli 2019. 

Menurutnya, permintaan izin bisa bersifat berkala atau spesifik. Izin penggunaan harus untuk suatu keperluan tertentu, bukan untuk semua layanan. 

Menerapkan Perlindungan Data Pribadi Bukan Tugas yang Mudah

Soal data pribadi, Hasnul mengatakan, memang sudah semestinya tidak bisa diberikan kepada orang lain. Tapi menurutnya, ada kelemahannya karena pengguna harus mengizinkan produk atau platform menggunakan data mereka saat mereka mengakses atau mengunduh. 

"Memang sekarang ada masalah adalah kita mau pakai produk tertentu biasanya nanya boleh enggak pakai, enggak boleh ya enggak masuk. Masuk tapi boleh (penggunaan data)" ujarnya. 

3 Langkah Antisipasi Ancaman Kejahatan Siber

Namun demikian, dia memberi catatan terkadang algoritma sebuah layanan dihasilkan bukan dari data pribadi, namun berasal dari kebiasaan pengguna. 

Hasnul mencontohkan satu perusahaan pemberi kredit bisa menentukan pemberian utang pada penggunanya bukan dari data pribadi mereka. 

"Bukan dari data dia belanja di mana, siapa dia itu enggak terlalu penting. Karena habit-nya dia menggunakan akses internet atau habit dia menggunakan handphone. Dari itu saja enggak ada kaitannya dengan utang-utangan, ada perusahaan yang bisa menentukan ini ratingnya bagus apa enggak," jelasnya.

Jika hal itu yang terjadi, Hasnul mengatakan, tidak jadi masalah. Namun bila yang terjadi data pribadi diketahui dan kemudian pengguna dibanjiri iklan yang tidak disukai, maka ini bisa bermasalah. 

"Kalau enggak ada kaitannya dengan siapa itu masih enggak apa-apa, menurut saya. Tapi kalau rumah kita di mana alamat di mana diketahui kasih data-data advertising enggak suka, itu ganggu," ujar Hasnul. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya