Eropa Dilanda Gelombang Panas, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Ilustrasi suasana di Eropa
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Di puncak musim panas tahun ini beberapa negara di Eropa mengalami gelombang panas. Misalnya di Inggris dan negara-negara Skandinavia, suhunya mencapai 42-44 derajat celcius. 

BMKG Sebut Gelombang hingga 2,5 Meter Bakal Terjadi di Perairan Indonesia, Ini Lokasinya

Menurut keterangan tertulis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sabtu, 27 Juli 2019, gelombang panas disebabkan oleh terbentuknya sistem tekanan tinggi udara permukaan, hingga atmosfer atas yang membendung aliran udara dari daerah lain.

Peristiwa ini memang diprediksi akan segera berakhir dalam beberapa hari ke depan. Tapi ada kemungkinan kembali terjadi karena musim panas masih berlangsung hingga September, dan puncaknya pada Juli dan Agustus. 

BMKG Sebut Erupsi Gunung Ruang di Sulut Berpotensi Tsunami: Ada Catatan Sejarahnya

"Kejadian ekstrem panas kali ini pun sudah yang kedua kalinya di bulan Juli ini, setelah sebelumnya di bulan lalu, gelombang panas juga telah melanda Perancis dan Spanyol," ujar Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto. 

Peneliti Eropa juga memprediksi, peristiwa ini akan berulang sekitar 30 tahun. Tapi gelombang panas yang terjadi saat ini, frekuensinya meningkat 10 kali lipat dibanding 100 tahun lalu. Ada kemungkinan akan meningkat di masa mendatang. 

Gunung Ruang Erupsi, Pemkab Sitaro Tetapkan Tanggap Darurat Selama 14 Hari

Lebih lanjut Siswanto mengatakan, gelombang panas diprediksi tidak mengancam Indonesia. Alasannya karena sistem sirkulasi udara yang menyebabkan gelombang panas berbeda dan tidak mengarah ke Indonesia. 

"Tidak mengarah ke wilayah sini. Suhu panas yang mencapai lebih dari 50 derajat Celcius juga sangat kecil peluangnya terjadi di wilayah Indonesia," katanya.

Berdasarkan data, suhu terpanas di Indonesia belum pernah mencapai 40 derajat celcius. Suhu tertinggi yang pernah ada baru mencapai 34-35 derajat celcius di Ciputat, Semarang dan Aceh. 

Pada 2020-2030 wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami kenaikan suhu ada di sebagian Sumatera Selatan, bagian tengah Papua dan sebagian Papua Barat. Mitigasi bisa dilakukan dengan mengurangi hal yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca ke atmosfer, dan pengetahuan tentang dampak negatif perubahan iklim. [mus]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya