Pakar: Keamanan Siber Kunci Sukses Ekonomi Digital

Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC Pratama Persadha
Sumber :
  • Dokumen CISSReC

VIVA – Ekonomi digital menjadi peluang bagi Indonesia untuk kembali meraih kesuksesan setelah era minyak pada 1980-an. Tantangan utamanya adalah kesiapan Indonesia, terutama menghadapi era siber. Tentu pemerintah harus melihat keamanan siber sebagai hal yang penting, tidak hanya dalam kepentingan negara dan bisnis, namun juga sampai pada tingkat individu.

Projo: Rekonsiliasi Penting untuk Menjadi Negara Maju Perlu Persatuan Nasional

Ingat kan kalian enggak guys dengan insiden berkaitan dengan keamanan siber dua bulan belakangan ini, mulai dari error-nya sistem Mandiri, blackout PLN.

Menurut pakar keamanan siber Pratama Persadha, kunci sukses mewujudkan keamanan serta pertahanan siber yang kuat salah satunya adalah bagaimana mengelola teknologi, baik dari sisi SDM, infrastruktur maupun industrinya, ekonomi digitalnya.

Soal Lemahnya Penegakkan Aturan ke Tiktok, Ekonom Singgung Ambisi Jalur Sutra Tiongkok

Dalam pemaparannya di acara The Indonesia Security Summit (Indosec) 2019 di Sheraton Hotel Jakarta, Pratama menekankan pentingnya rancangan jangka panjang negara dalam membangun keamanan siber. Pratama menyampaikan pentingnya negara fokus dalam 4 hal untuk menguatkan dunia siber Tanah Air.

Pertama, mengamankan infrastruktur kritis. “Peristiwa blackout PLN kemarin membuat kita sadar betapa masih rapuhnya kita. Paling tidak ada pengamanan siber yang diperkuat untuk sektor kelistrikan, air, transportasi, pendidikan, kesehatan, perbankan dan instansi pemerintah. Ditambah sekarang adalah fintech, juga harus benar-benar aman, karena masyarakat mulai banyak menyimpan uangnya di sana,” jelas pria asal Cepu Jawa Tengah ini.

5 Negara Dengan Kejahatan Pemerkosaan Tertinggi di Dunia, Ada Indonesia?

Kedua, menurut Pratama adalah mewujudkan dunia siber yang aman dan kondusif. Salah satu edukasi yang penting adalah penggunaan Privillaged Access Management (PAM). PAM sangat berguna dalam menjamin keamanan data yang dikelola oleh pengguna yang memiliki privileged 
access
di dalam perusahaan maupun institusi pemerintah.

“Para pemilik privillage access ini seringnya menjadi orang yang diintai para peretas maupun pihak dalam yang berniat jahat. Dengan PAM, seharusnya bisa lebih memperkuat sistem dalam sebuah institusi maupun perusahaan,” jelas chairman lembaga riset keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) ini.

Menjaga informasi penting dan rahasia di instansi memang tidak mudah. Hasil riset CISSReC di 9 kota besar Tanah Air memperlihatkan, mayoritas penduduk kota besar masih kurang kesadaran mengamankan password-nya. Ini jelas pintu masuk yang cukup berbahaya bagi para 
pemegang privillage access.

Lewat berbagai akun media sosial maupun email orang-orang penting ini bisa diretas, menjadi korban phising, bahkan blackmail akibat gawainya diretas.

Ketiga, menurut Pratama adalah mewujudkan ekosistem yang baik di dunia siber Tanah Air. Dengan keamanan siber yang baik bisa tercipta ekosistem di dunia siber yang baik. Ekosistem yang baik otomatis melahirkan ekonomi digital yang kuat, bahkan secara fundamental bisa saja tidak 
tergantung asing.

“Indonesia jangan hanya jadi konsumen. Diperkirakan pada 2023 nilai ekonomi dari industri keamanan siber dunia saja mencapai US$639 miliar. Ini hanya dari industri keamanan siber, bayangkan industri lainnya di dunia siber. Jadi ini peluang besar bagi Indonesia,” ujarnya.

Ekonomi digital

Pratama menuturkan, potensi ekonomi digital Indonesia memang sangat menggiurkan. Menurut riset Google dan Temasek dalam e-Conomy SEA 2018 Report, diperkirakan ekonomi digital Indonesia akan menembus US$100 miliar pada 2025. Angka ini jauh meninggalkan Thailand (US$43 miliar) dan Singapura (US$22 miliar). Tentu akhirnya kita paham mengapa banyak sekali perusahaan teknologi asing ingin berkiprah dan mengambil pasar Tanah Air.

“Jadi potensi ekonomi digital kita ditunjang bonus demografi pada 2022-2030. Karena itu sudah benar ada program digital talent. 2019 saja dialokasikan Rp140 miliar untuk  penyiapan SDM keamanan siber, cloud computing dan artificial intelligence,” ujarnya.

Jumlah warganet Indonesia terus bertumbuh. Pada 2010, baru ada 40 juta orang mengakses internet, kini di 2019 mungkin sudah lebih dari 180 juta yang mengakses internet. Modal bagus untuk membesarkan industri siber di Tanah Air. Bahkan dalam kasus Gojek bisa masuk ke negara lain.

Pada poin keempat, Pratama menekankan pentingnya kerja sama internasional yang saling menguntungkan. Ada bagi pengalaman, teknologi dan saling mengisi. Di sinilah Indonesia bisa mengambil peran.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya