Waralaba dalam Bisnis Game Online Kurang Tepat di Indonesia, Kenapa?

Ilustrasi game online.
Sumber :
  • Marv Watson/Red Bull Content Pool

VIVA – Sistem waralaba menjadi cara yang banyak dilakukan pengusaha di dunia. Modelnya beragam, mulai dari makanan, peralatan, jasa, hingga yang paling baru adalah untuk permainan online. Cara ini sudah diterapkan oleh pengembang game Mobile Legends: Bang Bang, Moonton.

Mikel Arteta Berharap Lebih dari Kapten Arsenal

Beberapa waktu lalu, perusahaan ini mengadopsi model franchise league. Dengan cara tersebut, setiap tim eSports yang ingin bergabung dalam permainan, harus rela berinvestasi sebesar US$1 juta atau setara dengan Rp14 miliar.

Dengan sistem waralaba, tim akan mendapat keuntungan berupa slot permanen di setiap turnamen Mobile Legends. Namun, cara ini belum dilirik oleh perusahaan lokal yang bergerak dibidang penyediaan voucher game online UniPin. Startup lokal itu enggan menerapkan strategi bisnis yang sama dengan Moonton.

Trent Alexander-Arnold Siap Bangkitkan Juara Liverpool

CEO dan Co-Founder UniPin, Ashadi Ang mengatakan, perusahaannya memiliki komitmen untuk bisa mengembangkan sumber daya manusia, khususnya para penggemar game online di Tanah Air. Sehingga, cara bisnis waralaba dirasa kurang tepat bagi tim-tim yang bergelut dalam bidang olahraga digital tersebut.

"Tujuan utama kita, tujuan mulia kita kan mencari bibit-bibit unggul. Kalau kita pakai terus mereka harus bayar US$1 juta, bagaimana mereka bisa muncul," ucapnya di Jakarta, Jumat 8 November 2019.

Pemain MU yang Tak Diinginkan Jose Mourinho Masih Ada Sampai Sekarang

Menurutnya, jika franchise league diterapkan, maka bibit unggul yang ada akan berguguran karena mereka kemungkinan tidak memiliki modal sebesar itu. Akibatnya, penggemar game yang memiliki potensi menjadi juara, tidak bisa ikut kompetisi di ajang-ajang eSports yang bergengsi.

"Kalau di ajang eSports kami kan sudah mengikuti regulasi, ketika pemain amatir menang, kemudian mereka akan menjadi atlet profesional. Itu pandangan kami ya sebagai perusahaan swasta," ujarnya.

Ashadi menambahkan, Pengurus Besar Esports kemungkinan akan membuat regulasi mengenai isu ini. Tujuan menggunakan franchise league adalah untuk membangun kondisi finansial yang lebih stabil bagi tim dan pemain, sekaligus menerapkan struktur yang lebih sistematis untuk industri olahraga elektronik.

Investasi juga diklaim dapat menjamin kehidupan atlet olah raga elektronik. Disebut bermanfaat juga untuk menghindari sikap semena-mena, seperti aturan di setiap tim dan tentang gaji minimum.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya