Fans Esport Indonesia Pelit dan Maunya Gratisan, Beda dengan Malaysia

Tim eSport Indonesia juara dunia kompetisi Free Fire 2019
Sumber :
  • dok. ist

VIVA – Indonesia dan Malaysia menjadi dua negara tetangga yang memiliki kedekatan hampir sama, mulai dari bahasa, sosial hingga budaya. Lalu bagaimana soal esport, yang terhitung masih baru di sebuah industri game?

FC Mobile Indonesia Rayakan Kesuksesan dengan Aksi Sosial

MPL Indonesia Marketing Director, Dylan Chia menjelaskan, dua negara serumpun ini memiliki keunggulan masing-masing. Sebelum menggarap eSports Mobile Legends: Bang-Bang di Indonesia, Dylan sudah lebih dulu berkarier di esport Malaysia.

"Dari segi penonton atau fans, di Malaysia lebih mau mengeluarkan uang untuk menonton pertandingan. Fans esport Indonesia lebih pelit," katanya dalam rilis resmi, Selasa 17 Desember 2019.

Esports: Ada Coach Justin, PUBG Mobile Gelar Turnamen Rayakan 6th Anniversary

Meski begitu, dia mengatakan, fans esport di Tanah Air memiliki semangat yang lebih besar dibanding fans dari negeri Jiran, asalkan gratis.

"Saya kemarin sempat terkejut sekaligus terharu saat melihat para pengunjung Grand Final MPL ID S4 (26-27 Oktober 2019) yang rela kehujanan demi menonton jagoannya bertanding,” ujar Dylan.

Hajar China, Indonesia Juara EA Sports FC Pro Mobile Festival 2024

Sepinya kompetisi berbayar di Indonesia dibuktikan pada kompetisi Grand Final MPL ID Season 3 yang tiketnya dijual Rp60 ribu untuk tiga hari. Tapi faktanya gelaran itu jadi kompetisi paling sepi sepanjang sejarah Mobile Premier League (MPL) di Indonesia.

Sedangkan Grand Final M1 World Championship yang digelar pada 15-17 November, membanderol tiket seharga RM55 atau sekitar Rp185 ribu. Total pengunjung yang datang mencapai 18 ribu orang. 

"Di Malaysia sudah sering event-event berskala internasional. Seperti tahun ini ada Kuala Lumpur Major untuk Dota 2. Event berskala nasional di sana juga banyak yang gratis ketimbang berbayar," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya