Janganlah jadi Tuhan, Bisa Tahu Kapan Gempa Bumi dan Tsunami Datang

Tsunami.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa gempa bumi dan tsunami tidak bisa diprediksi kapan terjadi.

BMKG Temukan Ketebalan Tutupan Es di Papua Berkurang 4 Meter

Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak mempercayai informasi ngawur atau hoax mengenai akan terjadinya gempa bumi dahsyat 8,5 skala richter (SR) disertai tsunami pada malam Tahun Baru 2020.

"Kita tidak akan pernah bisa menyampaikan kapan gempa bumi dan tsunami terjadi. Karena, tsunami baru bisa disampaikan kalau sudah ada gempa bumi. Kalau tidak ada gempa bumi, ya, kita tidak bisa bilang kapan tsunami," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Jumat, 27 Desember 2019.

Badan Geologi: Potensi Tsunami Akibat Gunung Ruang Bisa Setinggi 25 Meter

Untuk itu, dirinya mengimbau kepada semua masyarakat Indonesia apabila ada yang mengatakan bahwa akan terjadi gempa dahsyat 8,5 SR dan tsunami pada malam pergantian tahun ini agar jangan dipercaya.

"Kalau sampai ada berita gempa bumi sekian di akhir ataupun awal tahun, itu namanya mendahului Tuhan. Janganlah percaya. Kita harus jujur kalau tidak bisa prediksi, ya, katakan tidak. Jangan pura-pura bisa," tegas Dwikorita.

BMKG 'Tak Berkedip Mata' Pantau Potensi Tsunami Imbas Erupsi Gunung Ruang

Meski begitu, ia juga mengingatkan masyarakat supaya menjaga kesehatan dan keselamatan karena diprediksi pada malam pergantian tahun nanti bakal terjadi hujan di berbagai daerah di Indonesia.

"Jadi untuk prakiraan cuaca kurang lebih seminggu ke depan, termasuk Tahun Baru 2020, diperkirakan masih akan hujan terus. Bahkan intensitasnya cukup ekstrem di beberapa daerah di Indonesia," jelasnya.

Oleh karena itu, BMKG akan terus memonitor dan memberikan peringatan dini tiga hari sebelum kejadian sampai tiga jam sebelum kejadian.

"Ini bukan berarti kita melarang beraktivitas. Saya tegaskan di sini silakan terus beraktivitas, beribadah. Tapi tetap siap-siap, misalnya sedia payung atau mantel," tutur Dwikorita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya