Hacker Ciptakan Malware Pakai Kecerdasan Buatan, Jokowi Waspadalah!

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, saat mengumumkan Kabinet Indonesia Maju 2019-2024.
Sumber :
  • Twitter/@anieazaah

VIVA – Peretas atau hacker memakai teknologi artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) untuk menciptakan malware dan ransomware pada 2020. Pemerintah Indonesia diminta waspada. Bukan tanpa alasan, karena baru-baru ini Presiden Jokowi mengungkapkan keinginannya memangkas birokrasi dan sebagai gantinya akan memakai kecerdasan buatan supaya tidak rumit.

Gaya Hidup Aktif Masyarakat Dorong Permintaan akan Perangkat yang Sesuai

Chairman Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC, Pratama Persadha mengungkapkan, ancaman serangan siber tahun ini akan membawa masyarakat dunia pada level baru, di mana para peretas atau hacker memanfaatkan AI.

Menurutnya, perkembangan kecerdasan buatan tidak hanya terjadi di industri dan dunia birokrasi. Pada peretas juga mengembangkan AI untuk melahirkan malware dan ransomware yang mampu melakukan pembelajaran dan menambah peluang untuk berhasil melakukan satu serangan.

Jokowi Sempat Malu karena Indonesia Belum Jadi Anggota Penuh FATF

Dengan AI, malware, ransomware, hingga virus trojan terus akan berkembang dan mampu memperbaiki kelemahannya saat melakukan operasi.

“Perkembangan AI memang sangat menggembirakan, bahkan menjadi solusi di berbagai tempat. Namun, kita juga wajib antisipasi bahwa kecerdasan buatan digunakan untuk mengembangkan perangkat serangan siber yang lebih canggih, sebuah parasit di wilayah siber yang bisa berpikir seperti manusia,” ungkapnya di Jakarta, Selasa, 31 Desember 2019.

Begini Penampakan Rudal Balistik Iran yang Ditembak Jatuh Israel di Laut Mati

Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada Januari hingga September 2019 menunjukkan ada 129 juta serangan, di mana angka tersebut akan jauh lebih besar karena serangan tak semuanya terpantau dan dilaporkan korban.

Pratama juga menjelaskan, ancaman besar juga datang akibat kurang siapnya sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi ancaman siber dan proses digitalisasi.

Menurutnya, Presiden Jokowi cukup menyadarinya, lalu digelarlah Digital Talent 2019, yang salah satunya, memperbanyak SDM dengan kemampuan di bidang siber, khususnya keamanan siber.

Pratama juga mengingatkan bahwa serangan berbasis IoT (Internet of Things) juga akan semakin meningkat di 2020, dengan semakin maraknya perangkat terhubung satu sama lain tentu bisa menciptakan celah keamanan bagi hacker untuk membajak perangkat ini dengan menyusup ke jaringan bisnis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya