Jangan Egois, Transformasi Digital Enggak Bisa Jalan Sendiri

Ilustrasi teknologi digital.
Sumber :
  • Digital Insurance Agenda

VIVA – Era transformasi digital telah membawa berbagai perubahan dan perkembangan di Indonesia. Riset McKinsey menunjukkan Indonesia berada di posisi kedua sebagai negara dengan optimisme tertinggi dalam menerapkan revolusi industri 4.0, yakni sebesar 78 persen.

39 Perusahaan Swasta hingga BUMN Raih InvestorTrust-BGK CSR Award 2024, Intip Daftarnya

Namun, pergerakan transformasi digital juga membutuhkan kolaborasi penuh dari berbagai pihak. Karena, adanya pergeseran model bisnis, dari strategi berbasis kekuatan perusahaan (comparative and competitive advantage) menjadi strategi berbasis cooperative advantage atau co-creation.

Untuk menuju ke arah sana, perusahaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) jangan cuma bertumpu pada kekuatan perusahaan sendiri. Tapi harus berkolaborasi dalam upaya mengoptimalkan peluang, keuntungan, dan mengurangi risiko dengan cara memadukan strategi co-creation dan mengembangkan inovasi di bisnis model.

Paket Hemat, Untung Berlipat: Pakai Strategi Bundling!

"Fase transformasi digital perusahaan TIK di Indonesia harus bertumpu pada kompetensi utama, yang tentunya juga memiliki keunikan. Ini harus dilakukan sebelum berkembang ke arah layanan berbasis platform," kata Chief Finance and Business Partner Officer PT Telekomunikasi Indonesia International, Leonardus Wahyu Wasono Mihardjo, Jumat, 24 Januari 2020.

Ia melanjutkan, munculnya kesenjangan di era digital akan mendorong perusahaan melakukan transformasi dengan mengubah logika bisnis modelnya. Oleh karena itu, transformasi adalah sesuatu yang normal bagi semua perusahaan jika ingin berubah dan tidak tertinggal.

Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan dengan Inovasi Marketing Berbasis Data & AI

"Di sinilah peran pimpinan diuji lewat kemampuan kepemimpinan digital (digital leadership) sehingga menjadi sangat kritikal," jelasnya. Apa yang diungkapkan Leonardus merupakan hasil penelitian disertasi yang berjudul 'Kinerja Transformasional pada Bisnis Digital di Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi'.

Penelitian ini, Leonardus menambahkan, bertujuan untuk memberi masukan kepada regulator agar mampu meningkatkan peran regulasi dalam menciptakan ekosistem digital di Indonesia. "Saya melakukan penelitian disertasi ini selama hampir 3 tahun sejak bulan April 2017," papar dia.

Selama penelitian, Leonardus mengaku mendapat bantuan hibah Penelitian Pascasarjana, Skema Penelitian Disertasi Doktor (PPS-PDD) dari Kemenristekdikti pada 2019. Selain itu, ia telah mengeluarkan lebih dari 20 seminar nasional dan international serta mendapat dua kali best paper di Malaysia dan Maladewa.

Ilustrasi RS Siloam.

Genjot Inovasi Bisnis, RS Siloam Raih Sederet Apresiasi

Peningkatan bisnis itu pun ditegaskan tidak hanya terlihat dari kualitas layanan medis, namun juga dari pengembangan fasilitas, prosedur, serta teknologi yang digunakan.

img_title
VIVA.co.id
25 Oktober 2024