Pelaku Kejahatan Seksual Intai Anak-anak Lewat WhatsApp

WhatsApp.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – WhatsApp ternyata berbahaya untuk anak-anak. Sebab, produk teknologi aplikasi pesan instan milik Facebook bernama enkripsi end-to-end ini menyulitkan pemerintah melacak kejahatan seksual terhadap anak-anak.

Kemen-PPPA: Perempuan Lebih Rentan Terdampak Perubahan Iklim karena Peran Tradisional Gender

Menurut Chief Executive Officer of National Society for the Prevention of Cruelty to Children, Peter Wanless, merger tiga media sosial di bawah grup Facebook bisa menempatkan anak-anak dalam risiko, terutama mengenai keselamatannya. Ketiganya yaitu Facebook Messenger, WhatsApp, dan Instagram.

Wanless mengatakan kalau Facebook membuat pengguna bisa mengirim lintas platform. Ia mencontohkan ketika pengguna WhatsApp bisa mengirim pesan kepada pengguna Instagram.

Kemudahan Beli Mobil di Platform Online, Banyak Promo Menarik

"Ini artinya enkripsi pesan bukan hanya ada di WhatsApp saja, tapi seluruh media sosial di bawah Facebook. Saya melihat mereka (Facebook) senang dan menutup mata terhadap penyalahgunaan (data pribadi). Tapi mereka enggak bisa menutup telinga soal keprihatinan yang dialami anak-anak," katanya, seperti dikutip dari The Sun, Jumat, 7 Februari 2020.

Ia lalu memberikan dua opsi kepada bos Facebook Mark Zuckerberg. Membiarkan pelecehan seksual atau memikirkan kembali penerapan enkripsi end-to-end tanpa membahayakan anak-anak. Menurutnya, saat ini enkripsi end-to-end adalah pelanggaran yang dijalankan Facebook terhadap nasib anak-anak.

Keuangan Semakin Inklusif Untuk Penyandang Disabilitas

Wanless juga mengingatkan apabila fitur privasi seperti enkripsi dapat membahayakan anak-anak. Mereka mengatakan pelaku kejahatan bisa mengeksploitasi aspek desain untuk memudahkan dan mengurangi friksi dengan anak-anak. "Ini menimbulkan risiko kepada anak-anak. Bisa dibilang layanan WhatsApp tidak aman," tutur dia.

Enkripsi end-to-end merupakan fitur yang baru diterapkan untuk WhatsApp. Fitur ini membuat pesan hanya bisa dibaca bentuk aslinya oleh pengirim dan penerima. Hal ini terjadi karena pihak yang terlibat dalam obrolan memiliki 'kunci' untuk menerjemahkan pesan.

Selain kedua belah pihak, di luar itu tidak bisa membaca pesan, termasuk Facebook. Enkripsi seperti ini umumnya tidak dapat diputus tanpa akses ke salah satu perangkat yang berpartisipasi dalam interaksi meski banyak layanan melacak siapa yang berkomunikasi dengan siapa dan menjaga informasi lain membantu penegakan hukum.

Facebook mendapat kecaman setelah mengumumkan rencana untuk sepenuhnya mengenkripsi Facebook Messenger, padahal obrolan teks sudah ada di layanan WhatsApp pada tahun lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya