Ilmuwan Israel Temukan Kanker di Tulang Fosil Dinosaurus

Fosil dinosaurus.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Ilmuwan Israel menemukan penyakit kanker di tulang fosil dinosaurus yang berusia 66 juta tahun. Penyakit yang hingga kini masih menjadi salah satu penyebab kematian pada manusia itu didapat para ilmuwan dari tumor yang ditemukan di tulang belakang dinosaurus muda dari wilayah Alberta, Kanada.

Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

Menurut Dosen Anatomi dan Antropologi dari Universitas Tel Aviv, Hila May, setelah melakukan pemindaian mikro-CT terhadap ekor dinosaurus herbivora berparuh bebek ini.

Namun, ia tidak mengetahui penyebab kematian binatang purba ini. Dari 11 segmen tulang ekor yang tersisa, delapan di antaranya menunjukkan berbagai kondisi patologis yang belum pernah terlihat pada dinosaurus lain. Karena itu, ia dan timnya menciptakan rekonstruksi tumor.

Luar Dalam Bulan Akhirnya Terkuak

May lalu mengidentifikasi penyakit ini sebagai Langerhans Cell Histiocytosis (LCH), atau kondisi langka yang diklasifikasikan sebagai kanker, di mana sel sistem kekebalan berlebih menumpuk dan membentuk tumor yang disebut granuloma.

Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak kecil. Sementara, sebagian besar pasien yang mengalami LCH akan sembuh, kondisi ini menyebabkan rasa sakit dan bengkak.

Melahirkan Berulang Kali Dapat Menjadi Risiko Kanker Serviks, Benarkah?

Penemuan itu juga diakui sebagai penyakit kanker oleh National Cancer Institute, sebuah badan milik pemerintah Amerika Serikat (AS). Ia juga mengatakan bahwa rongga besar di dua bagian tulang belakang dinosaurus sangat mirip dengan yang diproduksi oleh LCH. May mengatakan analisis lebih lanjut mengonfirmasi bahwa itu adalah LCH.

"Ini adalah pertama kalinya penyakit kanker diidentifikasi pada dinosaurus," ujarnya, seperti dikutip dari Independent, Senin 17 Februari 2020.

Ia dan para peneliti lainnya berpendapat bahwa temuan mereka dapat membantu studi kedokteran evolusi untuk melihat perilaku dan perkembangan penyakit dari waktu ke waktu.

"Kami berupaya untuk memahami mengapa penyakit tertentu masih bertahan setelah melalui evolusi," tuturnya. Ia menambahkan jika para ilmuwan akan mencari tahu lebih dalam mengenai penyebabnya, serta mengembangkan cara-cara baru dan efektif untuk penelitian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya