Wabah Virus Corona Bikin AS Untung, China Buntung

Perawat menangani pasien virus corona di China.
Sumber :
  • Strait Times

VIVA – Wabah Virus Corona (Covid-19) yang berasal dari Wuhan, China dinilai menguntungkan rival dagang China, yakni Amerika Serikat (AS). Seperti diketahui, AS dan China sempat terlibat perang dagang yang cukup tajam.

Edi Purwanto Paparkan Kinerja DPRD Jambi di Hadapan Wakil Konsul AS

Kasus wabah Virus Corona dan kaitannya dengan hubungan AS-China dinilai jadi aneh saat dibandingkan dengan saat terjadinya wabah epidemi Virus flu Babi di AS pada 2009.

Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman mengutip jumlah infeksi dan kematian yang disebabkan oleh epidemi flu Babi di AS juga sangat banyak saat itu.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

"Setidaknya ada 300 ribu orang meninggal dan jutaan lain mengalami infeksi di seluruh dunia. Jika dibandingkan dengan wabah corona, tentu saja tidak bisa dibandingkan, tetapi bagaimana respon dunia internasional terhadap Tiongkok hari ini sangat berbeda dengan reaksi dunia internasional terhadap AS pada waktu itu," kata Ferdy kepada VIVA, Rabu 19 Februari 2020.

Saat itu, terang Ferdy, AS tidak mengalami isolasi seperti China pada saat ini. Sementara China saat ini mengalami keterkucilan atau isolasi yang berimbas pada ekonominya karena reaksi dunia.

China Gelar Kompetisi Sunat Online, Diikuti Puluhan Dokter Bedah

"Berbeda halnya saat epidemi terjadi di Amerika Serikat. Dengan kata lain, kelihatan ada upaya untuk benar-benar mendiskreditkan China dan itu dilakukan secara sistematis," ujar Ferdy.

Dia menjelaskan, dari sisi intelijen berlaku teori, yaitu siapa yang mengambil keuntungan dalam sebuah kasus, maka dia lah yang paling berperan. "Sekarang dunia internasional bisa menilai, siapa yang diuntungkan dari kasus Corona di China?" ucapnya.

Dari kasus ini katanya, dunia internasional bisa melihat bagaimana reaksi AS. Seperti menutup penerbangan dari dan ke China, menghentikan sementara barang-barang masuk dari China dan sebagainya. "Ada spekulasi yang terlalu berlebihan bagaimana dunia memperlakukan China saat ini yang dimotori Amerika (AS)," kata Ferdy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya