Amerika Pelajari Gelombang Otak Gamers buat Latih Robot Militer

Artificial intelligence atau kecerdasan buatan.
Sumber :
  • Science HowStuffWorks

VIVA – Sekelompok peneliti tengah mempelajari gelombang otak dan gerakan mata para pemain video game. Tujuannya untuk membangun kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) canggih guna mengoordinasikan robot militer.

Google Plans to Charge for AI-powered Search Engine

US Defence Advanced Research Projects Agency atau DARPA, mengeluarkan dana sebesar US$ 316.000 atau Rp4.4 miliar, kepada tim Artificial Intelligence dari University at Buffalo untuk penelitian ini.

Meskipun pembuatan robot militer terinspirasi oleh banyak hal, namun para peneliti meyakini bahwa manusia memiliki banyak potensi untuk meningkatkan sistem pembelajaran AI. Studi yang dilakukan terhadap 25 pemain video game akan mencakup game strategi real-time seperti StarCraft, Stellaris dan Company of Heroes.

Ex President Barack Obama Makes Surprise Visits to PM Rishi Sunak

"Idenya adalah untuk menghadirkan 250 robot yang bekerja dalam situasi kompleks. Misalnya mungkin ketika kehilangan penglihatan karena timbulnya asap dalam keadaan darurat. Robot harus dapat berkomunikasi secara efektif dan beradaptasi dengan tantangan seperti itu," kata peneliti utama, Souma Showdhury, dikutip Fox News, Senin 24 Februari 2020.

Baca juga: 3 Teknologi Bisa Membaca Perilaku Manusia, Sampai Tahu Dialek Bahasa

Seniman Spanyol Bakal Nikah dengan Hologram, Pertama di Dunia dan Ini Alasannya

Saat para gamers sedang beraksi, para peneliti akan mempelajari keputusan yang mereka buat, melacak pergerakan mata mereka dengan kamera berkecepatan tinggi dan menonton aktivitas otak mereka melalui electroencephalograms.

Data itu kemudian akan digunakan untuk membangun algoritma kecerdasan buatan, yang membantu perilaku robot udara dan darat yang bersifat otonom.

"Kami tidak ingin sistem AI hanya meniru perilaku manusia. Kami ingin kecerdasan buatan itu membentuk pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang memotivasi tindakan manusia. Itulah yang akan mengarah pada AI yang lebih maju," ujar Chowdhury.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya