Momentum Besar Aji Mumpung Hacker Lakukan Serangan Siber

Ilustrasi hacker.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Momentum besar seperti wabah Virus Corona dan penghargaan Grammy atau Oscar dimanfaatkan para hacker atau peretas untuk melakukan serangan siber.

WNA Asal Rusia Kongkalikong dengan Hacker Meksiko Bobol ATM di Palembang

Pengguna internet diharapkan lebih berhati-hati jika ada kejadian luar biasa (KLB). Selain itu mereka juga harus menghilangkan kebiasaan sembarangan mengklik file yang tidak jelas.

"Segala apapun yang isunya nasional atau internasional pasti akan dimanfaatkan mereka (hacker) sebagai sarana untuk menyerang," kata Territory Channel Manager for Kaspersky Indonesia, Dony Koesmandarin, ditemui di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2020.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Menurutnya serangan siber ini memanfaatkan kelemahan korban atau melakukan penipuan berbasis social engineering. Para hacker, menurut Dony, akan memanfaatkan momentum besar yang terjadi.

Target yang dituju akan dibikin penasaran melalui tautan atau link yang langsung bisa diklik. Ia juga menjelaskan link dibuat sedemikian rupa, misalnya pada kasus Virus Corona menggunakan cara antisipasi.

Indonesia Mendapat 97 Ribu Serangan

Dony juga mengingatkan pada pengguna internet jika mengunduh sesuatu perlu dilihat format file. "Bisa exe file, lnk, skrip, itu kan eksekusi file. Biasanya di belakang file itu ada tulisannya lnk," tuturnya.

Untuk kesadaran pengguna dengan serangan siber ini, menurut Dony, sudah mulai naik sejak 2018 dan 2019. Ia pun berharap tahun ini kesadaran atau awareness tersebut bisa meningkat lagi.

"Tapi untuk orang awam atau umum agak susah untuk membedakan benar atau enggaknya. Kalah sama rasa kepo (penasaran). Jadi, masyrakat awam harus lebih teliti dan spesifik," jelas Dony.

Sebelumnya, pada akhir tahun lalu, Kaspersky memprediksi jenis-jenis serangan siber atau Advanced Persistent Threats (APT) yang mengancam dunia siber pada 2020 akan semakin canggih dengan spesifikasi target lebih berkembang.

Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengembangan dan penyebaran pembelajaran mesin, teknologi untuk pengembangan deep fake, atau kekisruhan di sekitar rute perdagangan antara Asia dan Eropa.

Prediksi tersebut dikembangkan berdasarkan perubahan yang ditemui oleh Tim Riset dan Analisis Global Kaspersky selama 2019 antara lain ransomware bergeser ke arah ancaman yang ditargetkan.

Kemungkinan yang dapat terjadi alih-alih membuat file yang tidak dapat dipulihkan, para peretas justru mengancam akan mempublikasikan data yang telah mereka curi dari perusahaan korban.

False flag attacks semakin merajalela. Skema ini akan berkembang lebih lanjut, dengan aktor ancaman yang tidak hanya menghindari atribusi tetapi juga secara aktif meletakkan kesalahan pada orang lain.

Malware komoditas, skrip, alat keamanan yang tersedia untuk umum, atau perangkat lunak administrator, disertai dengan beberapa tanda palsu, di mana peneliti keamanan sangat haus akan segala bentuk petunjuk, yang mungkin cukup untuk mengalihkan kewenangan kepada orang lain.

Penyalahgunaan informasi pribadi semakin meningkat, dipersenjatai dengan kecerdasan buatan (AI). Serangan ini sangat mirip dengan beberapa teknik yang dibahas untuk mengarahkan iklan pemilu melalui media sosial.

Teknologi ini sudah digunakan dan hanya menunggu waktu yang tepat hingga para pelaku kejahatan siber memanfaatkannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya