Wabah COVID-19: Ilmuwan Teliti Ganti Musim, Elon Musk Bikin Ventilator

Ilustrasi cuaca buruk.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad

VIVA – Wabah Virus Corona COVID-19 membuat semua pihak berpikir keras untuk mencari jalan keluar supaya virus ini berhenti menyerang manusia. Mulai dari ilmuwan hingga pemilik SpaceX dan Tesla, Elon Musk.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Ilmuwan fisika dari The University of Utah, Amerika Serikat, saat ini tengah melakukan penelitian soal bagaimana Virus Corona bereaksi terhadap pergantian musim. Mereka melihat COVID-19 merupakan wabah yang baru terdeteksi, di mana beberapa klaim mengatakan bahwa virus ini akan hilang di musim panas.

Dilansir dari situs Live Science, Senin, 23 Maret 2020, dijelaskan oleh ilmuwan bahwa virus ini mirip dengan virus influenza, di mana air liur berada di udara. Virus kehilangan infektivitas karena partikel kehilangan integritas struktural.

Ilmuwan Selangkah Lagi Menemukan Alien

"Fisika tentang bagaimana butiran-butiran berevolusi dalam kondisi temperatur dan kelembaban yang berbeda, kemudian berpengaruh pada infeksi," kata Saveez Saffarian.

Mereka menerima pendanaan sebesar US$200 ribu dari National Science Foundation (NSF) untuk mempelajari bagaimana virus merespon perubahan panas dan kelembaban. Virus tidak bisa bergerak sendiri, mereka hanya kerangka yang menunggu instruksi untuk menyerang sel inang.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Memanipulasi partikel

Ketika menyerang maka virus menggunakan mesin sel untuk memperbanyak dirinya hingga berulang-ulang. "Kami membuat replikasi paket virus untuk mencari tahu apa yang membuat virus ini berantakan, apa yang membuatnya hidup, dan apa yang membuatnya mati," ungkap Saveez.

Untuk memanipulasi partikel mereka menggunakan alat optical tweezer. Energi cahaya bisa digunakan untuk menyelidiki molekul. Saveez akan mempelajari virus dalam skala yang lebih luas.

Ia pun berharap bisa mengetahui potensi penularan virus dalam kondisi yang berbeda, seperti di luar ruangan pada musim panas dan di dalam ruangan berpendingin udara atau AC. Ini juga bisa berpengaruh pada social distancing yang banyak diterapkan negara-negara.

"Kita tidak membuat vaksin. Ini tidak akan menyelesaikan krisis, tetapi diharapkan akan membantu memutuskan kebijakan ke depannya nanti," jelas Saveez. Sementara itu, Elon Musk berencana memproduksi mesin pernapasan atau ventilator untuk membantu penderita COVID-19.

Dalam sebuah tweet ia mengatakan akan membuat ventilator jika ada kekurangan. Dikutip dari situs Space, menanggapi hal tersebut pemimpin redaksi fivethirtyeight.com, Nate Silver menjawab bahwa memang ada kekurangan dan bertanya berapa banyak ventilator yang akan Musk bikin.

"Tesla membuat mobil dengan sistem pemanas, ventilasi dan pendingin udara yang canggih. SpaceX membuat pesawat ruang angkasa dengan sistem pendukung kehidupan," ujarnya.

Imbauan Elon Musk

Dengan begitu, membuat ventilator bukan lah hal yang sulit, namun produksinya tidak bisa dilakukan secara instan. Ia juga bertanya rumah sakit mana yang mengalami kekurangan ventilator.

Pembicaraan mereka menarik banyak perhatian orang di Twitter, termasuk pejabat yang mengatasi wabah ini. Wali Kota New York, Bill de Blasio, mengatakan negara menghadapi kekurangan dan membutuhkan ventilator secepatnya.

"Kita akan membutuhkan ribuan ventilator di kota ini selama beberapa minggu ke depan. Kami akan mendapatkannya secepat mungkin. Tetapi kami bisa menggunakan bantuan Anda, kami akan langsung menghubungi Anda," kata de Blasio, masih dalam percakapan di media sosial Twitter.

Musk tampaknya telah memantau perkembangan penyakit ini dengan cermat. Dia sering terlihat membuat tweet mengenai COVID-19 dan mengatakan untuk tidak panik karena berpotensi lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri.

Bantuan seperti ini juga bukan untuk pertama kalinya Elon Musk lakukan yang menggunakan sumber daya perusahaan memecahkan masalah internasional. Pada 2018 misalnya, ia  membuat kapal selam mini untuk membantu menyelamatkan tim sepak bola yang terjebak di gua Thailand yang terkena banjir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya