Drone hingga Robot Dikerahkan Bantu Manusia Tangani COVID-19

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Wabah Virus Corona COVID-19 telah menjadi musuh bersama yang harus dibasmi. Untuk itu, pesawat nirawak atau drone hingga robot dikerahkan membantu manusia dalam menangani pandemi ini.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Australia contohnya. Negeri Kangguru tersebut tengah mengembangkan drone yang bisa mendeteksi detak jantung dan pernapasan seseorang yang mengidap Corona di tengah keramaian. Dinamai 'Pandemic drone', pesawat nirawak ini mampu mendeteksi mereka yang bersin dan batuk dalam pertemuan besar.

Drone ini dijanjikan akan tersedia dalam waktu enam bulan. Dilansir dari situs Mirror, Senin, 30 Maret 2020, University of South Australia mengembangkan teknologi ini bersama perusahaan pesawat tanpa awak Draganfly Inc. Alat akan membantu mendeteksi COVID-19 di bandara, kantor, kapal pesiar, panti jompo dan tempat umum lainnya.

Ngeri, Viral Video Israel Rudal 4 Pemuda Palestina Tak Bersenjata

Peneliti menggunakan algoritma untuk mendeteksi suhu, gerakan batuk, dan bersin yang mereka teliti di Laboratorium Adelaide, Australia Selatan. Pimpinan Proyek Javaan Chahl mengatakan teknologi ini menjadi sangat penting.

Drone

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

"Kami melihat drone ini perlu segera digunakan untuk membantu menyelamatkan nyawa di tengah bencana kesehatan terbesar yang pernah dialami dunia dalam 100 tahun terakhir," ungkap dia.

Chahl mengakui alat ini mungkin tidak bisa mendeteksi semua kasus Virus Corona, namun bisa jadi alat yang dapat diandalkan untuk mendeteksi keberadaan penyakit di suatu tempat atau dalam kelompok tertentu.

Pada 2017, ia mengaku pernah mendapat pengakuan dari global karena bisa mengungkap pemrosesan gambar hati manusia dengan drone. Sedangkan untuk yang satu ini, Chahl mengklaim detak jantung dan pernapasan bisa diukur dengan jarak 5-10 meter.

Sedangkan algoritma bisa mengartikan tindakan manusia saat mereka batuk dan bersin. Kabar ini mereka umumkan setelah ada 468.644 kasus yang terkonfirmasi dengan jumlah kematian mencapai 21 ribu secara global.

Sementara itu, pengembangan robot untuk membantu menyelamatkan nyawa dan mengurangi paparan manusia terhadap wabah COVID-19 dapat mengarah pada era baru robot penolong manusia.

Profesor Robotika dari University of California San Diego, Henrik Christensen, adalah salah satu di antara sekelompok ahli terkemuka yang menguraikan bagaimana robot dapat digunakan untuk memerangi pandemi Corona dengan melakukan pekerjaan yang 'kotor dan berbahaya'.

Ilustrasi robot.

"Saat ini kita melihat robot dikerahkan untuk desinfeksi, memberikan obat-obatan dan makanan untuk pasien, mengukur tanda vital dan membantu mengontrol perbatasan," kata Henrik, dalam editorial di Jurnal Science Robotics, seperti dikutip dari Independent.

Ia dan para peneliti lainnya menyebut COVID-19 dapat mendorong penelitian berkelanjutan pada robot, kecerdasan buatan (AI) dan drone, untuk mengatasi risiko penyakit menular dan berpotensi memberikan titik kritis bagaimana sebuah organisasi beroperasi di masa depan.

"Peluang ini terletak pada navigasi yang cerdas dan deteksi area berisiko tinggi, sentuhan tinggi yang dikombinasikan dengan langkah-langkah pencegahan lainnya," paparnya.

Tanpa pendekatan berkelanjutan untuk penelitian dan evakuasi, Henrik menyebut bahwa sejarah akan terulang kembali. Negara-negara di seluruh dunia sudah mulai memanfaatkan robot dalam berbagai peran untuk mengurangi paparan manusia terhadap virus mematikan seperi COVID-19.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya