Efek Positif Lockdown akibat Virus Corona

Ilustrasi lockdown.
Sumber :
  • UNTV News

VIVA – Jumlah perjalanan di berbagai kota besar di dunia menurun drastis sebagai dampak isolasi diri atau lockdown karena penyebaran wabah Virus Corona COVID-19. Salah satunya London, Inggris, di mana aktivitas perjalanannya turun lebih dari 90 persen akibat lockdown.

783 Juta Orang Akan Menderita Diabetes Tahun 2045

Penurunan ini sesuai dengan perkiraan Organisasi Angkutan Darat (Organda) London yang juga mengatakan jumlah orang yang menggunakan layanan Tube atau kereta bawah tanah dan kereta api turun drastis hingga 90 persen.

Kota-kota besar lainnya yang semakin terdampak dari lockdown, misalnya Milan Italia, New York Amerika Serikat dan Paris Prancis, yang semuanya mengalami penurunan sampai 5 persen dari pergerakan manusia pada biasanya.

Bus Hino RM 280 ABS Jadi Andalan di Kalimantan Tengah

Data mobilitas manusia yang dikumpulkan oleh aplikasi transportasi perkotaan, Citymapper, mengungkap pandemi Corona berdampak pada mobilitas warga di 39 kota global. Lebih dari seperlima populasi dunia sekarang mengalami lockdown, karena pemerintah di seluruh dunia berupaya menahan penyebaran wabah COVID-19.

Seperti dilansir dari situs Independent, Selasa, 31 Maret 2020, Eropa dinobatkan sebagai episentrum atau pusat pandemi COVID-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat, 13 Maret lalu, yang berujung pada lockdown yang diterapkan banyak negara.

Pemprov DKI Jakarta Dukung Kerja Sama Proyek MRT Berkonsep TOD dengan Jepang

Italia Utara adalah wilayah pertama yang di-lockdown setelah kota Wuhan, China. Lalu diikuti oleh Spanyol, Prancis, dan Inggris. Efek dari lockdown ini terlihat dalam data Citymapper yang mencakup perjalanan dengan transportasi pribadi maupun umum.

"Kami memiliki cukup data di sejumlah kota-kota besar. Hal itu untuk meyakinkan semua pihak bahwa ini adalah perubahan nyata," demikian keterangan resmi Citymapper.

Hingga kini ada lebih dari 730 ribu kasus yang dikonfirmasi akibat Virus Corona di seluruh dunia dengan lebih dari 35 ribu kematian. Kebijakan lockdown yang ketat juga telah mengakibatkan berkurangnya emisi kendaraan serta menurunnya tingkat nitrogen dioksida di kota-kota dan wilayah yang terkena dampak wabah.

Sementara itu, menurut analisis National Centre for Atmospheric Science (NCAS) pengurangan emisi secara dramatis ini telah berkontribusi terhadap peningkatan kualitas udara di seluruh Eropa dan Asia.

Para ilmuwan yang memantau perkembangan polusi udara memperkirakan bahwa jumlah polutan beracun di udara akan terus menurun pada April jika lockdown tetap dilakukan.

"Tingkat polusi jelas lebih rendah dari rata-rata lima tahun sebelumnya. Saya berharap ini akan terus turun lebih jauh dalam beberapa minggu mendatang," ujar Profesor James Lee dari NCAS, menegaskan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya