Bukan April Mop, COVID-19 Bikin Untung Pabrikan Game Online

Ilustrasi game online.
Sumber :
  • m.chandrataruna/VIVAnews

VIVA – Bukan kejutan April Mop. Wabah Virus Corona COVID-19 membuat pabrikan game online untung besar. Kebijakan lockdown atau berdiam diri di rumah yang diterapkan oleh beberapa negara ternyata membuat jumlah pengguna game online meningkat drastis.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Salah satu yang terpengaruh adalah distributor video game Steam. Per 30 Maret kemarin, mereka memiliki 23,5 juta pengguna, atau meningkat dari pekan sebelumnya. Dikutip dari situs The Star, Rabu, 1 April 2020, selama tiga pekan berturut-turut pengguna layanan game PC Steam telah memecahkan rekor.

Puncaknya, pada akhir Maret lalu adalah rekor terbanyak mereka selama perusahaan beroperasi. Sedangkan, pada 29 Maret, pengguna mereka mencapai 23,4 juta pengguna.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Pengguna banyak yang mengakses permainan baru selama akhir pekan, termasuk permainan multiplayer yang digratiskan, Counter-strike: Global Offensive, yang dimainkan secara bersamaan oleh sebanyak 1,12 juta pengguna.

Kemudian, selanjutnya ada Football Manager 2020 yang juga dibebasbiayakan dan sudah memasuki minggu kedua. Secara keseluruhan anak perusahaan Valve ini melihat adanya peningkatan sebesar 22,6 persen dalam 30 hari.

Cerita Anne Avantie Bangkrut, Temukan Kebahagiaan di Tempat Tak Terduga

Selain itu, periode tertinggi ketiga adalah pada 15 Maret dengan jumlah pengakses 20,3 juta penguna serta 22 Maret dengan jumlah 22,6 juta pengguna, yang menjadi periode tertinggi kedua yang diraih Steam. Artinya, sudah ada kesadaran tinggi dari masyarakat untuk menjaga jarak dan mereka memanfaatkannya dengan bermain game online.

Virus Corona COVID-19 dideklarasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)) sebagai pandemi dunia pada 11 Maret 2020. Kemudian, penyebarannya di luar Italia menjadi tak terkendali membuat beberapa wilayah di Eropa menerapkan kebijakan lockdown.

Amerika Serikat (AS) dan Kanada menyusul kemudian menerapkan keadaan darurat regional sejak 23 Maret lalu. Sebelumnya, jumlah perjalanan di berbagai kota besar di dunia menurun drastis sebagai dampak isolasi diri atau lockdown karena penyebaran wabah Virus Corona COVID-19.

Salah satunya London, Inggris, di mana aktivitas perjalanannya turun lebih dari 90 persen akibat lockdown. Penurunan ini sesuai dengan perkiraan Organisasi Angkutan Darat (Organda) London yang juga mengatakan jumlah orang yang menggunakan layanan Tube atau kereta bawah tanah dan kereta api turun drastis hingga 90 persen.

Kota-kota besar lainnya yang semakin terdampak dari lockdown, misalnya Milan Italia, New York Amerika Serikat dan Paris Prancis, yang semuanya mengalami penurunan sampai 5 persen dari pergerakan manusia pada biasanya.

Data mobilitas manusia yang dikumpulkan oleh aplikasi transportasi perkotaan, Citymapper, mengungkap pandemi Corona berdampak pada mobilitas warga di 39 kota global. Lebih dari seperlima populasi dunia sekarang mengalami lockdown, karena pemerintah di seluruh dunia berupaya menahan penyebaran wabah COVID-19.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya